Puasa Dinas
Disway--Pagaralam Pos
Oleh: Dahlan Iskan
Imbauan sama dengan omon-omon. Siapa yang punya hobi mengimbau berarti hanya mampu omong kosong.
Seruan, tingkatnya lebih tinggi dari imbauan. Lebih serius. Tapi hakekatnya sama saja: tidak akan bisa membuat siapa pun berbuat sesuatu.
Saya pernah membuktikan itu. Mengimbau. Menyerukan. Agar perjalanan dinas dikurangi. Agar uang lebih dihemat. Jangan boros untuk sesuatu yang kurang perlu.
Hasilnya: nol. Tidak ada perubahan apa pun. Perjalanan dinas tetap tinggi. Anggaran perjalanan dinas tidak turun.
BACA JUGA:Hasil Liga Spanyol - Real Madrid Dihajar Espanyol Skor 0-1
Di bulan ketiga saya membuat keputusan drastis. Harus ada kejutan. Perubahan jarang diawali dari kesadaran. Harus dari pemaksaan sebuah aturan.
Kejutan yang saya umumkan saat itu: dua bulan ke depan tidak boleh ada perjalanan dinas sama sekali. Nol. Selama satu bulan penuh. Tanpa pengecualian. Tanpa dispensasi. Mulai dari komisaris dan direksi PLN sampai pegawai yang paling bawah.
Bulan tanpa perjalanan dinas itu kami namakan "Puasa Perjalanan Dinas". Karena itu harus satu bulan penuh. Dan tidak akan ada hari rayanya.
Tentu banyak yang ingin menawar. Saya tegaskan: tidak ada tawar menawar.
BACA JUGA:AC Milan Amankan Santiago Gimenez dari Feyenoord
Seorang direktur PLN minta dispensasi ke Vietnam. Alasannya: ada konferensi perusahaan listrik negara se-Asia Tenggara. Ia akan jadi salah satu pembicaranya. Indonesia (PLN) adalah salah satu pendiri organisasi itu. Tidak baik kalau absen.
Saya jawab: tidak boleh! Satu diberi dispensasi akan muncul dispensasi berikutnya. Dan berikutnya. Setiap pemintaan dispensasi beralasan "lebih penting" atau "sangat penting".
Di puasa Ramadan memang ada dispensasi: sakit, datang bulan, atau musafir. Di bulan puasa perjalanan dinas ini tidak boleh ada yang datang bulan. Kalau ngotot pergi harus biaya sendiri.