Bukit Wangbuliao
Disway--Disway
BACA JUGA:Melihat 2 Investasi yang Lagi Buming di Tahun 2025, Emas Vs Bitcoin
Dari cincau Teguh mencari pekerjaan yang lebih baik: dagang gabah. Hasilnya lebih banyak. Ia bisa mulai beli sepeda motor. Kian maju. Gabah yang dibeli kian banyak. Ia perlu truk.
Kebetulan ada truk bekas yang dijual: merek Dodge. Yang mesinnya sudah diubah menjadi diesel. Pemiliknya lagi B.U. Bisa dicicil enam bulan. Teguh berhitung: hasil dagang gabahnya bisa untuk mencicil.
"Setelah empat bulan pemiliknya minta dilunasi. Harganya dipotong. Saya lunasi. Saya sudah punya tabungan," kata Teguh mengenang.
Dari gabah Teguh mengenal dedak –tepung selaput beras yang terpisah saat gabah digiling jadi beras. Dedak untuk makanan ternak. Teguh pun dagang dedak. Maka bertambahlah pengetahuan Teguh. Tahu seluk-beluk makanan ternak.
BACA JUGA:Tingkatkan Keimanan Personel, Polres Pagaralam Gelar Pembinaan Rohani
Dari situlah ilmu makanan ternak ia dapat. Untuk akhirnya membuat pabrik tepung ikan. Tentu tidak semudah itu. Tidak selalu lancar. Jatuh-bangun.
Yang juga bisa jadi teladan adalah caranya mengalihkan kekuasaan perusahaan kepada anak-anaknya. Saya akan gali dulu lebih dalam tentang itu.
Di usia 67 tahun Teguh masih gagah, tegap, dan sangat sehat. Tiap hari ia olahraga. Punya gym sendiri. Fitness. Body building. Dua kali sehari, @ 1,5 jam. Pun di rumah peristirahatannya yang baru.
BACA JUGA:Emas vs Bitcoin: Aksesibilitas dan Adopsi Pasar
Saya juga baru tahu malam itu betapa miskin Teguh di masa remaja. Betapa habis-habisan ia bekerja sejak masih kanak-kanak.
Selama ini saya tidak tahu semua pengorbanan itu. Tahu saya hanya ini: enak sekali makan wang bu liao di puncak bukitnya.
Orang luar kini juga hanya tahu Teguh yang sukses. Tapi siapa peduli sakit-sakitnya di perjalanan menuju sukses itu.(Dahlan Iskan)