CREW Beras
Disway--Disway
Sukarto Bujung juga terjun ke beras. Awalnya ia pedagang beras di Palembang. Lalu mendirikan PT Buyung Poetra Sembada Tbk, bergerak di beras premium. Kode emitennya HOKI. Merk berasnya Topi Koki.
BACA JUGA:Gencar Sosialisasikan Kamtibmas di Kalangan Pelajar
Demikian juga Joko Mogoginta. Perusahaannya, PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA) juga terjun ke sawah.
Saya tidak terlalu tahu partner CREW 8 yang akan menangani pupuk: Biotek. Di zaman ini terlalu banyak produk pupuk hayati di pasaran. Ibaratnya semua orang bisa bikin pupuk hayati.
Semua merek mengaku yang terbaik. Saya sudah mencoba banyak jenis pupuk hayati namun hasilnya, rasanya, kurang lebih sama.
"Semua merek itu pada dasarnya punya komposisi yang sama. Sudah standar," ujar sahabat Disway yang juga memproduksi pupuk hayati.
BACA JUGA:Honda PCX 2025 vs Italjet Speedster, Siapa Raja Jalanannya?
Komposisi pupuk hayati adalah bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut phosphate dan bakteri pengurai. "Paling ditambah hormon-hormon tumbuh dan enzim tertentu," katanya.
Saya saya tahu Biotek punya pabrik di Solo. Juga di Bogor. Tapi saya belum pernah berkunjung ke sana.
Partner CREW 8 satunya saya juga kenal baik dengan ”pemiliknya”: Dr Ir Sugeng Edi Waluyo lah yang mendirikan Sekretariat Nasional Badan Usaha Milik Petani (Seknas BUMP).
Dr Edi memang gigih memperjuangkan nasib petani. Ia ingin agar petani mau membuat badan usaha. Lalu mengelola pertaniannya secara bisnis.
BACA JUGA:Gelar FGD Implementasikan Cooling System, Jaga Stabilitas Sosial Pasca Pemilukada
Saya hubungi Dr Edi hari Minggu kemarin. Sore hari. Ia masih dalam perjalanan dari Samarinda ke Balikpapan. Ia baru saja tiba dari pedalaman Kaltim. Dari Barong Tongkok. Ia mendirikan dua BUMP di sana.
Barong Tongkok, Kutai Barat, sepotong wilayah di Kaltim yang cocok untuk pertanian. Pertanian sayur mayurnya kini bisa memenuhi kebutuhan Samarinda dan Balikpapan --yang dulu didatangkan dari Jawa atau Sulawesi.
"Tidak mampir IKN," tanya saya.