Mengapa Gunung Saran Menjadi Destinasi Eksplorasi Alam di Pulau Borneo? Temukan Alasannya!

Mengapa Gunung Saran Menjadi Destinasi Eksplorasi Alam di Pulau Borneo? Temukan Alasannya!-Kolase by Pagaralampos.com-pagaralampos

BACA JUGA:Tempat Healing Alami Dekat Jakarta: Keindahan Curug Bibijilan di Sukabumi, Yakin Ga Tertarik?

Pendakian Gunung Saran dimulai dari Desa Muara Ritan dan menawarkan beragam medan, mulai dari jalan setapak di hutan hingga tanjakan curam dan jalur berbatu berlumpur.

Proses pendakian ini biasanya memakan waktu dua hingga tiga hari, tergantung pada kecepatan dan kondisi fisik pendaki. Sepanjang jalur, terdapat beberapa pos peristirahatan yang bisa digunakan untuk bermalam dan mengisi ulang persediaan air.

Jalur pendakian ini cukup menantang, sehingga memerlukan persiapan matang dan pengalaman mendaki yang memadai. Gunung Saran merupakan salah satu puncak yang menonjol di Kalimantan Timur, Indonesia.

Gunung ini terletak di Kabupaten Kutai Barat dan memiliki ketinggian sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut.

BACA JUGA:Menikmati Liburan Sekolah di Wonosobo: 5 Destinasi Wisata Selain Dieng!

Dikenal karena keindahan alamnya yang masih terjaga, kawasan ini dikelilingi oleh hutan hujan tropis yang lebat serta kaya akan keanekaragaman hayati, sehingga menjadi destinasi menarik bagi pendaki dan pecinta alam.

-Akses ke Gunung Saran

Perjalanan menuju Gunung Saran biasanya dimulai dari Kota Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur. Dari sana, pendaki akan melanjutkan perjalanan darat menuju Kota Sendawar di Kabupaten Kutai Barat.

Setelah sampai di Sendawar, perjalanan berlanjut ke Desa Muara Ritan, titik awal pendakian. Perjalanan dari Sendawar ke Muara Ritan membutuhkan waktu sekitar 6 hingga 8 jam menggunakan kendaraan off-road, karena kondisi jalan yang cukup menantang.

BACA JUGA:Menemukan Keajaiban Dumai: 6 Tempat Wisata yang Tak Boleh Dilewatkan Saat Berkunjung!

-Jalur Pendakian

Pendakian Gunung Saran dimulai dari Desa Muara Ritan, dengan jalur yang menawarkan beragam medan, seperti jalan setapak di hutan, tanjakan curam, serta jalur berbatu dan berlumpur.

Umumnya, pendakian ini memakan waktu dua hingga tiga hari, tergantung pada kecepatan dan kondisi fisik masing-masing pendaki.

Di sepanjang jalur, terdapat beberapa pos peristirahatan yang bisa digunakan untuk beristirahat dan mengisi ulang persediaan air. Medan yang dihadapi cukup menantang, sehingga memerlukan persiapan yang baik dan pengalaman yang memadai.

Tag
Share