Tradisi Turun-temurun Masyarakat Jawa. Ini lah Makna Bulan Suro yang Masih Dilestarikan
Tradisi Turun-temurun Masyarakat Jawa. Ini lah Makna Bulan Suro yang Masih Dilestarikan--Net
KORANPAGARALAMPOS.CO - Indonesia mempunyai beragam budaya dan tradisi.
Tradisi ini telah dilestarikan dari zaman dahulu hingga zaman modern.
Seiring berjalannya waktu, tradisi ini semakin ditinggalkan dan digantikan oleh inovasi-inovasi modern.
Padahal, di era digital ini, tradisi dan budaya Indonesia mempunyai potensi untuk semakin berkembang dan kita harus bisa berpartisipasi penuh dalam mensosialisasikan tradisi peninggalan nenek moyang kita.
BACA JUGA:Perkenalkan Budaya dan Potensi Daerah Pagaralam
Tradisi Suro merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Jawa yang masih melestarikan tradisi nenek moyang.
Malam 1 Suro atau Tahun Baru Islam Lebih dikenal dengan Hijriah atau 1 Muharram.
Makna Malam Pertama Suro tentunya diisi dengan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan tradisi budaya Jawa, dan pada hakikatnya hal ini dilakukan sebagai bukti kekayaan keberagaman Indonesia yang patut dilestarikan.
Tapi tahukah kamu tentang Malam 1 Suro? Berikut informasi malam slot pertama yang dirangkum dari berbagai sumber.
BACA JUGA:Desa Wisata Budaya Suku Sasak. Berikut Fakta Menarik Desa Sade dengan Budaya yang Masih Terjaga
Suro diartikan sebagai bulan pertama dalam sistem penanggalan Islam Jawa. Kata dalam bahasa Jawa “suro” berarti bulan Muharram dalam penanggalan Hijriah.
Kata tersebut berasal dari kata Arab 'ashura' dan diciptakan oleh Sultan Agung, pemimpin kerajaan Islam Mataram.
Namun Sultan Agung tetap mencampurkan kurma Hijriah dan Saka, mengadakan hari raya keagamaan serentak dengan seluruh umat Islam, lalu dibagi menjadi Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islamis) Tujuannya untuk menyatukan masyarakat Jawa.
BACA JUGA:Wisata Indonesia yang Mendunia, Menjelajah Alam dan Budaya yang Memukau!