Oleh: Dahlan Iskan
INI kejutan di saat haus: Amran Sulaiman akan membeli 7.000 pompa air.
Kapan?
"Mulai sekarang," ujar menteri pertanian itu.
Saya memang terkesan dengan putusan itu. Begitu TSM. Begitu cepat. Lalu, dari Tiongkok, saya WA beliau. Kemarin. Langsung direspons. Angka 7.000 pompa itu langsung dari keterangan beliau.
BACA JUGA:Tradisi Bangunkan Sahur yang Masih Ada Hingga Saat Ini
Pompa itu untuk mengairi sawah. Yakni sawah yang tanpa irigasi. Luasnya: 1 juta hektare. Separo di Jawa, selebihnya di luar Jawa. Termasuk di daerah asalnya: Sulawesi Selatan.
"Itu lebih penting dari food estate," tulis saya dalam WA ke sang menteri.
Saya punya prinsip: meningkatkan produksi beras di sawah yang sudah ''jadi'' jauh lebih mudah dari memproduksi beras di sawah baru. Juga lebih instan.
Rakyat kita sudah terbiasa serba instan: makanan instan, keinginan instan, bansos instan.
BACA JUGA:Penjualan Meningkat Drastis Selama Ramadhan
Cetak sawah baru tidak bisa instan: perlu kesabaran. Apalagi di tanah gambut Kalimantan.
Sawah baru belum akan mampu menghasilkan padi sebanyak sawah yang sudah ''jadi''.
Di tahun pertama sawah baru paling hanya bisa menghasilkan gabah dua atau tiga ton/hektare. Tahun kedua hanya bisa naik sedikit. Pun tahun ketiga. Baru di tahun keenam akan mampu menghasilkan 6 sampai 8 ton/hektare.
Begitu panjang penantian hasilnya. Padahal sebelum tahun keenam medsos akan keburu ribut: 'proyek sawah baru' langsung disebut gagal!