Pulau Kemaro sendiri dipilih sebagai lokasi pertahanan lapis pertama karena kawasannya tidak pernah terendam saat permukaan Sungai Musi sedang tinggi.
BACA JUGA:Peradaban Tertua di Dunia! Ini 6 Fakta Situs Megalitikum Gunung Padang.
BACA JUGA:Viral! Pendekat Ajak Jemaat War Takjil: Soal Agama Kita Toleran, Kalau Soal Takjil Kita Duluan
Sedangkan kawasan lain selalu terendam air Sungai Musi, karena sebagian besar kawasan Palembang merupakan rawa air.
Benteng pertahanan Pulau Kemaro menjadi kunci penting masuknya kolonial Belanda ke Palembang.
Dalam berbagai invasinya, Belanda kehilangan banyak kapal dan anak buah karena pertahanan Benteng Tambak Bayo yang solid.
Namun Belanda akhirnya berhasil menduduki Palembang pada tahun 1821, semua benteng yang ada di sekitar Keraton Kuto Gawang—sekarang wilayah Pusri—diluluh-lantakkan oleh Belanda, termasuk Benteng Tambak Bayo.
BACA JUGA:Tak Izin Pergi Kerja ke Medan, Suami Tega Sekap Istri di Kandang Sapi
BACA JUGA:Gelar Aneka Lomba Bernuansa Islam
Bahkan tak ada sedikit pun sisa-sisa bangunan benteng yang masih berdiri hingga saat ini.
Fungsi Pulau Kemaro sejak tahun 1965 hingga tahun 2012 terbagi menjadi empat fase, diantaranya: fungsi Pulau Kemaro pada tahun 1965-1967 adalah sebagai kamp tahanan.
Kamp ini telah terjadi serangkaian peristiwa mengenaskan yang banyak menewaskan para tapol (tahanan politik).
Namun fungsi sebagai kamp tersebut kemudian hilang diakhir tahun 1967 dan berganti fungsi baru.
BACA JUGA:Kiper PSIS Adi Satryo, Dipanggil Lagi ke Timnas Indonesia
BACA JUGA:Mengenali Monotiesme dalam Konteks Sejarah
Fungsi Pulau Kemaro pada tahun 1968-1997 adalah sebagai tempat pemukiman dan tempat ibadah.