Tetangga B

Selasa 30 Jan 2024 - 20:32 WIB
Reporter : Thom Yorke
Editor : Thom Yorke

Oleh: Dahlan Iskan

RALAT, kejujuran dan nasi bungkus bisa menyelesaikan demo itu: nabi jadi babi. Gara-gara di keyboard komputer letak huruf N ditempatkan di sebelah huruf B (Disway, Minggu lalu)

Tidak di Sumut. Di sana demonya ricuh. Kantor koran dibakar, komputer dirusak. Kaca-kaca dipecah. 

Pimpinan tertinggi koran itu memang tinggal di Batam: Marganas Nainggolan. Demo tidak langsung bisa diredam. Marganas harus terbang dulu ke Medan. Lalu naik mobil ke Siantar. Di Siantarlah koran itu dicetak. Di Siantar pula pemrednya berkantor.

Demonya sendiri di Sibolga. Masih perlu enam jam lagi naik mobil dari Siantar. 

BACA JUGA:Bangun Semangat Sinergitas Antar RT/RW

Setelah rapat satu jam di Siantar, Marganas tahu duduk perkaranya: wartawan diundang meliput acara kecil: Maulid Nabi Muhammad di Sibolga. Keesokan harinya beritanya dimuat di Harian Metro Tapanuli. Huruf N tertulis B. Heboh. Keesokan harinya 1000-an massa membakar dan merusak kantor koran itu.

Hari ketiga demonya lebih besar. Massa mendatangi DPRD Tapteng di Sibolga. Massa menuntut agar harian Metro Tapanuli ditutup. Padahal di edisi hari itu sudah ada ralat, permintaan maaf dan duduk soalnya.

Tuntutan massa itu dibahas di pleno DPRD. Tapi belum bisa ada keputusan. Marganas masih dalam perjalanan dari Batam.

Hari ketiga barulah Marganas tiba di Sibolga. Ia dipanggil dua instansi sekaligus: polisi dan DPRD. Pidana dan politis. 

BACA JUGA:Sedini Mungkin Cegah DBD

Begitulah beratnya jadi pimpinan koran. Pun di zaman setelah reformasi: 2008. Marganas sudah tahan banting. Ia pekerja keras. Tahan menderita. Bekerja siang malam. Sejak ketika fasilitas dan gaji masih sangat kecil.

Sampai di kantor polisi, Marganas tidak sempat diperiksa. Massa sudah kembali memenuhi DPRD Tapteng. Marganas pindah ke DPRD. Ada sidang pleno di lembaga wakil rakyat itu. Marganas menjelaskan apa adanya: berita itu ditulis dengan niat baik –menyiarkan acara Maulid Nabi. Wartawan yang menulis beritanya pun beragama Islam. 

Kesalahannya benar-benar tidak disengaja. Wartawan salah pencet keyboard N. Berita itu dikirim lewat internet ke redaktur di Siantar. Redakturnya tidak sempat koreksi. Koran harus cepat dicetak. Pukul 23.00 harus dikirim ke Sibolga. Agar pukul 06.00 Harian Metro Tapanuli sudah sampai di agen-agen di Sibolga nan jauh.

Alasan itu tidak bisa diterima. Massa tetap menuntut Metro Tapanuli ditutup. DPRD pun memutuskan begitu. Marganas pilih jalan bijaksana: bersedia menutup Metro Tapanuli. 

Kategori :

Terkait

Sabtu 05 Oct 2024 - 15:09 WIB

Jaga Kondusivitas, Serukan Pilkada Damai

Sabtu 05 Oct 2024 - 15:07 WIB

Pintu Perang Dunia III, Terbuka!

Sabtu 05 Oct 2024 - 15:03 WIB

Hari Gosip

Jumat 04 Oct 2024 - 20:06 WIB

Musnahkan Ribuan Knalpot Brong

Terkini

Minggu 06 Oct 2024 - 22:19 WIB

Banyak Honorer jadi PPPK Paruh Waktu

Minggu 06 Oct 2024 - 22:11 WIB

Tegaskan Sinergi TNI dan Rakyat

Minggu 06 Oct 2024 - 22:07 WIB

UCAPAN PEMKOT DAN DPRD HUT TNI