Jebakan U-dab

Selasa 15 Jul 2025 - 17:39 WIB
Reporter : Thom Yorke
Editor : Thom Yorke

Tentu sebagian akibat berubahnya kurs dolar. Tapi tetap saja intinya: GDP per kapita kita justru berjalan mundur.

Lalu ada pendapat lain. Yang bicara juga calon doktor ekonomi. Ia menguraikan soal ICOR.

BACA JUGA:Siap Jadi Mesin Gol Timnas U-23

"ICOR kita 6,5," katanya.

Anda sudah tahu apa itu ICOR –parameter untuk menghitung berapa hasil yang didapat dari setiap uang yang dibelanjakan.

Dengan angka 6,5 (saya lupa bertanya dari mana ia dapat angka itu) berarti terlalu banyak uang yang kita belanjakan tapi terlalu sedikit hasilnya.

Itu bisa karena dikorupsi. Bisa juga karena proyek-proyek yang makan uang besar tidak menghasilkan. Proyek seperti bandara Kertajati adalah contohnya.

Tentu banyak sekali contoh lain. Bahkan ada contoh yang lebih besar. Besar sekali. Mahasiswa mengucapkan nama proyek itu serentak –sambil tertawa.

BACA JUGA:Rentetan Insiden Melibatkan WNI di Jepang Resahkan Masyarakat, Pemerintah Buka Suara

Ke depan, setiap proyek harus dianalisis pengaruhnya terhadap ICOR.

Tentu tenaga kerja yang kurang produktif juga penyumbang buruknya ICOR. Para pemalas lebih baik rebahan –dari pada bekerja tidak sungguh-sungguh.

Tak terasa diskusi sudah berlangsung lebih satu jam. Ternyata keharusan tumbuh 8 persen bukan hanya ambisiusnya Presiden Prabowo, tapi juga itulah yang harus dicapai kalau ingin Indonesia keluar dari middle income trap.

Saya sendiri sampai lupa kalau belum makan siang. Tadi, ketika waktunya makan, saya masih menjawab banyak pertanyaan di forum pengusaha Indonesia yang tinggal di Perth. Forum itu dilaksanakan di sebuah restoran Indonesia, Tempayan Bay.

Di meja saya sebenarnya sudah disajikan menu: nasi, empal, tahu, tempe, perkedel, sayur asem, dan beberapa lagi. Tapi pertanyaan terlalu banyak. Mereka sangat antusias. Saya tidak sempat makan.

BACA JUGA:AFF Sorot Rafel Struick

Saya minta menu itu dibungkus. Lalu diserahkan saya saat menuju mobil.

Kategori :