"Anda kan sudah hampir lima tahun hanya merawat ibunda. Dari mana uang untuk hidup?"
"Makan tabungan yang kian menipis," katanya. "Saya mau jual rumah yang di Surabaya."
Rumah itu di dekat Krian. Di kampung. Luas tanahnya 8 x 12 meter. Itu dulu ia beli lewat KPR. Masih belum lunas. Masih harus nyicil tiga tahun lagi.
"Tidak menyesal berhenti dari Jawa Pos?”
BACA JUGA:KIA EV5, Kandidat SUV Listrik yang Siap Meramaikan Pasar Indonesia, Ini Spesifikasinya!
"Sama sekali tidak. Saya merasa bahagia bisa merawat ibu," katanya. "Saya justru menyesal tidak berhenti lebih awal agar sempat merawat almarhum bapak," tambahnya.
"Banyak pembaca bertanya bagaimana istri Anda tinggal merawat ibunda".
"Saya sudah cerai. Sudah lama".
"Oh....".
"Itu salah saya sendiri. Saya kerja siang malam. Pagi di perusahaan iklan. Malam di Jawa Pos. Istri kecantol orang..."
Lama Kokkang menunduk. "Saya sudah berusaha melupakan. Itu salah saya sendiri...".
Waktu kawin itu Kokkang masih hidup di rumah kontrakan. Ia ingin cepat-cepat bisa membelikan rumah untuk istri. Karena itu ia kerja siang dan malam.
Lalu tidak ada lagi yang diharap di Surabaya. Pekerjaan sudah dilepas. Istri sudah diambil orang. Sedang ibunda sudah tua dan sakit-sakitan. Maka Kokkang akan terus di Kaliwungu merawat ibunya.
BACA JUGA:Desain Paten Yamaha R25 Baru Terdaftar di Indonesia, Kapan Bakal Dirilis?
Belum ada rencana kerja lagi?