1. Selat Solo
Selat Solo merupakan hidangan khas Kota Solo yang sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Nama "Selat" diambil dari kata Belanda "Slachtje," yang berarti potongan daging hasil sembelihan.
Seiring waktu, pengucapan ini berubah menjadi "Selat." Hidangan ini memiliki kemiripan dengan steak namun memiliki cita rasa khas karena kombinasi antara gaya kuliner Nusantara dan Eropa.
Dalam seporsi Selat Solo, biasanya terdapat potongan daging sapi bagian has luar, buncis, kentang, selada, wortel, telur rebus, serta acar bawang dan mentimun.
BACA JUGA:Ini Penemuan 7 Harta Kuliner dari Musi Banyuasin
Hidangan ini disajikan dengan kuah kecap yang gurih dan manis, serta dilengkapi dengan mayones. Selat Solo siap dinikmati!
2. Nasi Liwet
Nasi liwet menjadi salah satu kuliner khas Solo yang kerap dikaitkan sebagai simbol untuk menolak bala serta lambang kebersamaan.
Awalnya, nasi liwet disajikan sebagai hidangan istimewa di lingkungan keraton Solo, meskipun konon kuliner ini berasal dari rakyat biasa.
BACA JUGA:Cari Kuliner Bali yang Halal? Jangan Cemas Ini 5 Hidangan Bali dengan Menu Khas Bali yang Otentik!
Seporsi nasi liwet umumnya terdiri dari nasi gurih, telur rebus, tahu dan tempe bacem, suwiran ayam ungkep, sambal goreng ati, sayur labu siam, dan kuah santan kental.
Rasa gurihnya berasal dari beras yang dimasak bersama santan kelapa dan rempah-rempah seperti daun salam, daun pandan, serta serai.
3. Timlo
Timlo merupakan sajian populer untuk sarapan atau makan siang di Solo. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa asal usul Timlo berkaitan dengan kuliner Tionghoa bernama sup Kimlo.
BACA JUGA:Wajib Coba! 5 Kuliner Khas Magelang yang Bikin Rindu Kampung Halaman
Seiring berjalannya waktu, hidangan ini disesuaikan dan dikenal sebagai Timlo di kalangan masyarakat Solo. Rasa kuah Timlo adalah perpaduan antara sup dan soto.