OLEH: Sabpri Piliang
"JIKA memahami 'Langit', dan juga memahami 'Bumi'. Anda akan membuat kemenangan semakin lengkap". (Sun Tzu, ahli strategi perang Tiongkok kuno).
Mees Hilgers adalah sosok "langit" yang paling dikejar, dan diharapkan oleh Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong (STY). Pemain FC Twente (liga atas Belanda) ini, jauh sebelum : Raffael Struick, Ivar Janner, Justin Hubner, Thom Haye masuk, telah dibidik dengan antusiasme mem-bumi.
Pemain berbandrol € 7 juta euro (Rp 121,6 milyar) ini, nilainya lebih tinggi ketimbang seluruh skuad Malaysia (6,38 euro), Vietnam (6,83 euro), atau Thailand (6,43 euro).
Indonesia jelas sangat beruntung. Akhirnya mendapatkan pemain keturunan berusia 24 tahun, bermarga 'Tombeng' (Manado) ini. Setelah berjuang sekitar empat tahun (sejak 2020), DPR RI pun mengetok palu. Tanda setuju, (17/9) kemarin. Mees Hilgers, kini tinggal disumpah, sebagai syarat terakhir menjadi WNI.
BACA JUGA:Jenni Shandiyah Jabat Ketua DPRD Pagaralam
Ketat dan kerasnya kompetisi di liga Eropa, terutama kasta tertingginya. Membuat Mees Hilgers, menjadi mesin pertahanan 'empirik' untuk Indonesia. Dalam melakoni 'match' di delapan pertandingan sisa, kualifikasi Piala Dunia. Hingga pertengahan Juni 2025 mendatang.
Masuknya Hilgers. Menjadikan mimpi besar Indonesia untuk lolos, sebagai 'parsial' dari delapan slot plus 0,5 (play off) FIFA, terbuka lebar. Mimpi ini semakin mendekat, dan semakin nyata.
Posisi bek tengah (pertahanan) yang merupakan 'expert' Mees Hilgers di FC Twente, membuat STY kini punya banyak pilihan, yang semuanya "grade" A: dari Jay Idzes (Venezia), Sandy Walsh (Michelen), hingga Justin Hubner (Wolverhampton Wanderer).
Skuad yang merata ini, menjadikan fisik dan nafas Indonesia, bisa bermain stabil dalam tempo 90 menit. Atau, bahkan dengan skema perpanjangan waktu 2x15 menit, sekalipun. Tentunya lewat 'substitute'.
BACA JUGA:Dahnial Nasution Jadi Plh Walikota Pagaralam
Masuknya Mees Hilgers, berbarengan Eliano Reijnders (PEC Zwolle) telah membangkitkan rasa optimisme pencinta Sepak bola di Tanah air. STY diberikan banyak alternatif.
Eliano, yang merupakan saudara kandung Tijjani Reijnders (Timnas Senior Belanda), di lini depan. Akan melapis kelincahan Raffael Struick (Brisbane Roar/Liga Australia) dalam melakukan eksekusi-eksekusi berbuah goal.
Statistik 'match' Indonesia dan Bahrain yang tidak terlalu timpang. Ditambah 'cita rasa' baru skuad Indonesia. Diharapkan, mampu meraih tiga poin penuh pada 'leg' pertama, 10 Oktober mendatang (di Manama/Ibukota Bahrain).
Hanya pernah kalah 0-10 (saat konflik internal PSSI 2012), selebihnya Indonesia dan Bahrain, saling mengalahkan. Bersua pertama kali (1980), Indonesia mengalahkan Bahrain (3-2), lalu draw 1-1 (1982), draw 0-0 (1988), Indonesia kalah 1-3 (2004), dan menang 2-1 (2007), kalah lagi 0-2 (2011).