JAKARTA – Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, tetapi faktanya masih banyak masalah di sektor pendidikan. Salahsatunya adalah banyaknya sekolah di pinggiran kota yang menghadapi permasalahan yang jarang diperhatikan oleh pemerintah setempat, terutama pada sekolah Non RTO (Real Time Online).
Sekolah-sekolah tersebut baru membuka pendaftaran setelah sekolah-sekolah lain selesai menyelenggarakan PPDB online.
“Akibatnya, sekolah-sekolah itu berpotensi mendapatkan murid-murid buangan yang sudah tidak diterima sekolah-sekolah lain,” kata Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal, dalam keterangannya, Selasa (2/12).
BACA JUGA:Perhatikan Pelayanan Masyarakat Sesuai Standar
Merespons keresahan tersebut, GSM mengumpulkan guru-guru dari sekolah Non RTO di kota Yogyakarta untuk memantik perubahan dengan mengadakan Workshop 'Meraih Meraki di Kota Yogyakarta'.
Acara ini dilaksanakan pada 4 Desember 2023 di aula SMKN 6 Yogyakarta dengan dihadiri sekitar 120 guru dari kurang lebih 50 sekolah Non RTO kota Yogyakarta. Audiens disambut suguhan penayangan video pencegahan dan penanganan kasus bullying di Sekolah Dasar.
Dilanjutkan dengan sesi materi yang disampaikan Founder GSM sekaligus dosen Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM), Muhammad Nur Rizal. Rizal memulai pemaparannya dengan menunjukkan realitas di lapangan yang tidak adil bagi mereka yang termarjinalkan.
BACA JUGA:Pengamanan Pemilu, Tekankan Pentingnya Koordinasi
Di sisi lain, teknologi saat ini maju pesat dan banyak hal akan terjadi ke depan, seperti yang disampaikan Elon Musk, pendiri SpaceX, bahwa dalam kurun waktu 5 tahun lagi manusia bisa berkunjung ke Planet Mars.
Rizal kemudian mengajukan pertanyaan, kira-kira siapa yang akan menikmati kemajuan-kemajuan tersebut. Tentunya hanya masyarakat dari kelas atas yang mampu berpikir kritis dan memiliki sumber kapita tinggi yang bisa menikmatinya. (net)