Ada 7.000 item koleksi tersimpan pada museum yang terletak pada Jalan Srijaya 1 nomor 288 KM lima,lima Kota Palembang itu.
Macam-macam peninggalan yg terdapat seperti arca Pra Sejarah atau dikenal dengan peninggalan Megalit, prasasti dari peninggalan peradaban kerajaan Sriwijaya, hingga buku-kitab antik tersimpan rapih serta dipamerkan di museum tersebut.
Berbagai benda bersejarah itu dikumpulkan sejak masa Belanda. aneka macam Profesor asal Negeri Kincir Angin itu banyak yg menjelajah wilayah pedalaman Sumsel dan meneliti peninggalan bersejarah.
Penelitian itu kemudian dilanjutkan oleh pakar sejarah Indonesia. banyak sekali peninggalan yg pun balik dikumpulkan dan dipelajari.
BACA JUGA:Melihat Misteri dan Sejarah Jalur Perdagangan dan Pelangi Suku di Pontianak, Ada Apa Yah?
Pada laman belakang musem, terdapat rumah Limas yg menjadi ciri spesial Sumsel. rumah Limas ini sempat sebagai potret pada uang pecahan Rp10.000.
Museum tersebut menyimpan berbagai 10 jenis koleksi benda sejarah mulai berasal Geologika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Historika, Numismatika, Filologika, Keramologika,dan Seni Rupa, serta Teknologi terkini.
Buat mengunjungi Museum Balaputra tuhan, pengunjung mampu datang setiap Senin hingga Sabtu, dibuka sejak pukul 08.00 WIB hingga 18.00 WIB.
3. Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II
BACA JUGA:Dieng Plateau: Keindahan Alam dan Sejarah di Negeri Awan
Potret dahulu dan kini Museum SMB II di Palemban Museum berikutnya merupakan Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II yg terletak pada pelataran Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang.
Museum ini terletak tidak jauh dari Sungai Musi. ada kurang lebih 556 koleksi benda bersejarah, mulai berasal bekas peninggalan Kerajaan Sriwijaya sampai Kesultanan Palembang.
Nama Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II dijadikan nama museum buat menghormati jasanya bagi Palembang. Bangunan museum ini ialah salah satu gedung bersejarah di Palembang.
Areanya merupakan Benteng Koto lama, kawasan areal strategis kesultanan Palembang. Daerah tadi sempat dibakar pada masa penjajahan Belanda, lalu didirikan bangun gedung tempat tinggal Residen Belanda.
BACA JUGA:Membuka Sejarah Makam di Puncak Gunung Lawu: Benarkah Makam Tertinggi di Pulau Jawa?
Di masa ke Kependudukan Jepang, gedung tersebut digunakan sebagai markas dan dikembalikan ke penduduk Palembang waktu proklamasi pada 1945.