Mitos dan Spiritualisme yang Mengelilingi Tata Ruang Situs Gunung Padang Bikin Dunia Geger, Ini Penjelasannya!

Rabu 28 Aug 2024 - 20:19 WIB
Reporter : Edi
Editor : Almi

Posisi mata air yang hampir berbentuk kerucut memudahkan para peziarah untuk turun mengambil air yang dianggap suci ini.

Mata air ini juga dikelilingi oleh batu-batuan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah tanah longsor dan menjaga kelangsungan aliran air.

Fakta bahwa air dari Mata Air Cikahuripan masih mengalir hingga kini dianggap oleh masyarakat sebagai bukti kesucian dan keajaiban, sehingga air ini sering dibawa pulang oleh peziarah dan digunakan sebagai air mukjizat untuk pengobatan atau menambah kekuatan spiritual.

Secara ilmiah, air dari Mata Air Cikahuripan juga memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air kemasan biasa, sehingga tak heran jika air ini dipercaya memiliki khasiat penyembuhan.

BACA JUGA:Tapak Harimau dan Goresan Kujang di Gunung Padang Masih Jadi Misteri, Ini Pendapat Para Ahli!

Selain Mata Air Cikahuripan, terdapat juga tiga mata air lainnya di wilayah Situs Gunung Padang, yang masing-masing memiliki cerita dan kegunaan tersendiri bagi masyarakat setempat.

Kisah Pohon Cempaka dan Simbolisme Pohon Kemenyan

Selain unsur air, elemen flora juga memainkan peran penting dalam mitos dan spiritualisme yang menyelimuti Situs Gunung Padang.

Salah satu pohon yang ditemukan di situs ini adalah pohon cempaka, yang memiliki kaitan erat dengan mitologi Hindu.

BACA JUGA:Heboh! Senjata Kujang Gunung Padang Buat Peneliti Tercengang, Cek Ulasannya Disini!

Dalam sastra Hindu, bunga cempaka sering disebut dalam kisah yang melibatkan dua sosok dewa, yakni Dewa Rsi Narada dan Brahmana.

Dikisahkan bahwa Brahmana dikutuk oleh Dewi Rsi Narada karena memetik bunga cempaka tanpa izin, dan kemudian menempatkan bunga tersebut di puncak kuil Siva Lingga sebagai bentuk pemujaan.

Keberadaan pohon cempaka di Situs Gunung Padang dianggap sebagai petunjuk bahwa situs ini mungkin pernah digunakan sebagai tempat pemujaan atau penghormatan sejak era Kerajaan Hindu.

Namun, seiring berjalannya waktu, pohon cempaka mulai jarang ditemukan dan digantikan oleh pohon hanjuang, yang lebih dikenal sebagai tanaman penanda batas wilayah dalam budaya Sunda.

BACA JUGA:Gunung Padang, Misteri Batuan Aneh yang Menyimpan Sejarah Tersembunyi, Ini Penjelasannya!

Kategori :