KORANPAGARALAMPOS.CO- Gunung Salak adalah gunung yang terletak di perbatasan antara Bogor dan Sukabumi, dan sejak tahun 2003, kawasan ini dikelola oleh Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Salah satu penghuni yang menarik perhatian di kawasan ini adalah burung Elang Ular Bido (Spilornis cheela), yang direhabilitasi di Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ) Loji di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.
Di sini, terdapat 29 ekor elang yang sedang direhabilitasi dan akan dilepasliarkan ke habitat aslinya dalam waktu sekitar enam hingga sembilan bulan.
Keindahan Gunung Salak tidak bisa dipisahkan dari berbagai cerita misteri yang menyertainya, termasuk banyaknya pesawat yang jatuh di kawasan tersebut dan pantangan untuk tidak memetik bunga anggrek sembarangan.
BACA JUGA:Banyak yang Nggak Tau, Ini Misteri Malam di Gunung Harun, Suara Aneh dan Aktivitas Alamiah
Dalam sejarahnya, gunung ini dikenal dengan nama Gunung Sapto Argo dan merupakan kompleks gunung berapi yang terletak di selatan Jakarta di Pulau Jawa. Kawasan ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Awalnya, pengelolaan kawasan hutannya berada di bawah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor, namun sejak tahun 2003, kawasan ini menjadi bagian dari perluasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Gunung Salak, yang memiliki usia relatif tua, mempunyai beberapa puncak. Puncak tertinggi di Gunung Salak adalah Puncak Salak Satu, yang memiliki ketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Banyak orang yang mengira nama "Salak" berasal dari tanaman salak, namun sebenarnya berasal dari kata Sansekerta "salaka" yang berarti perak.
BACA JUGA:Wow Tak di Sangka, Ternyata Ini Sejarah dan Mitos Gunung Marapi di Sumatera Barat!
Gunung ini merupakan gunung api strato tipe A, dan Puncak Salak Satu adalah puncak tertua menurut Hartman pada tahun 1938.
Puncak Salak Dua, dengan ketinggian 2.180 mdpl, dianggap sebagai puncak tertua kedua, diikuti oleh Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 mdpl.
Gunung Salak memiliki beberapa kawah aktif yang tidak berada di puncak, dengan Kawah Ratu sebagai kawah terbesar dan termuda. Kawah Cikuluwung Putri dan Kawah Hirup merupakan bagian dari sistem Kawah Ratu.
Gunung ini telah mengalami beberapa kali letusan, antara lain pada tahun 1668-1669, 1780-1787, 1902-1903, dan 1935, yang sering kali menjadi tantangan bagi pendaki dan penerbangan yang melintas di kawasan ini.
BACA JUGA:Atap Jawa Tengah yang Angker: Misteri di Balik Gunung Slamet