Meskipun demikian, bentuk lonjong ini sangat kecil sehingga Bumi tetap terlihat bulat bagi kebanyakan orang.
Seorang ilmuwan planet di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California, Amerika Serikat, James Tuttle Keane, menjelaskan bahwa bentuk Bumi yang tidak bulat sempurna disebabkan oleh adanya gaya sentrifugal.
Gaya ini terjadi karena rotasi Bumi yang menyebabkan benda-benda di permukaan Bumi mengalami tarikan keluar dari pusatnya.
Fenomena ini mirip dengan perasaan ketika seseorang duduk di komidi putar dan merasakan tarikan ke samping akibat perputaran tersebut.
Keane juga menambahkan bahwa gaya sentrifugal yang bekerja pada planet-planet dan Bulan di Tata Surya menyebabkan objek-objek tersebut menonjol di ekuatornya.
Efek dari gaya ini lebih jelas terlihat pada planet-planet besar seperti Jupiter dan Saturnus.
Kedua planet ini memiliki bentuk yang sedikit terjepit di kutubnya dan menonjol di bagian tengah, karena rotasi cepat yang mereka alami.
Fenomena ini juga dapat dilihat pada planet kerdil bernama Haumea, yang terletak di Sabuk Kuiper, wilayah objek es di luar orbit Neptunus.
BACA JUGA: Misteri Para Penghuni Pemujaan di Gunung Padang Akhirnya Terkuak, Ini Penjelasannya!
Haumea, yang berukuran hampir sama dengan Pluto, berputar sangat cepat, satu putaran penuh setiap empat jam, sehingga bentuknya hampir seperti telur.
Sejarah pemahaman manusia tentang bentuk Bumi telah dimulai sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
Orang Yunani Kuno adalah salah satu peradaban pertama yang mulai menyadari bahwa Bumi berbentuk bulat.
Mereka mengukur bayangan selama titik balik Matahari saat musim panas dan menghitung keliling Bumi.
BACA JUGA:Menguak Misteri Gunung Padang, Benarkah Ibu Peradaban Dunia? Ini Jawabannya!
Dengan menggunakan posisi bintang dan konstelasi, mereka juga memperkirakan jarak di Bumi dan bahkan dapat melihat bayangan bulat planet selama gerhana Bulan.