Bronto dan Langi mengungkapkan bahwa bagian bawah lava Gunung Padang membentuk batuan terobosan dangkal berupa leher gunung api.
Struktur ini menerus ke permukaan menjadi sumbat atau kubah lava berstruktur kekar kolom.
Kekar kolom adalah struktur batu berbentuk kotak atau prisma yang kerap terlihat rapi, meskipun sebenarnya terbentuk secara alami melalui pendinginan batuan beku.
Menurut geolog Danang Endarto, batuan kekar kolom terbentuk akibat pendinginan batuan beku dengan gaya pendinginan tiang yang arahnya memusat.
Struktur ini, yang tampaknya seperti hasil buatan manusia, sebenarnya adalah produk alami.
Penelitian Yondri (2012) menemukan bahwa balok-balok batu andesit di Gunung Padang dilapisi kerak lempung, membuktikan bahwa batu kolom ini tidak dipindahkan dari lokasi lain oleh manusia, melainkan terbentuk secara alami di lokasi tersebut.
Penataan oleh Manusia dan Interpretasi Arkeologis
Sutikno dan Billy menjelaskan bahwa batuan berbentuk balok di Gunung Padang berserakan akibat proses geologi yang panjang.
BACA JUGA:Jurit Malam, Mengungkap Kisah Sosok Penjaga Gunung Padang dan Misteri di Balik Situs Megalitikum
Proses endogen dan eksogen dalam skala waktu geologi menyebabkan batu kolom tersebut roboh dan berserakan.
Pada masa lalu, manusia mungkin melihat batuan ini sebagai benda sakral karena perbedaannya yang mencolok dengan batuan lunak di sekitarnya.
Oleh karena itu, batuan ini ditata secara berundak untuk dijadikan tempat pemujaan.
Dalam konteks ini, situs Gunung Padang yang dikenal sebagai punden berundak adalah hasil penataan oleh manusia kuno yang menempatkan batu-batu tersebut dalam formasi tertentu.
BACA JUGA:7 Penemuan Kuno yang Menakjubkan di Dunia, Salah Satunya Ada di Indonesia, Ini Penemuannya!
Pola yang sama dapat ditemukan di tempat-tempat lain, seperti pura di Bali yang menggunakan ignimbrit dan tempat rekreasi di Lembang yang memanfaatkan lava gunung api Sunda, Tangkubanparahu.