Di SUDUT ruang kantor sebuah penerbitan besar. Saya tak mendengar kalau pintu diketuk. Saat itu tengah asyik mengoreksi buku saduran yang judul aslinya, "Spy Catcher". Karya mantan Agen Rahasia Inggris M-15 ini, ditulis oleh "Sang Agen" sendiri, Asisten Direktur M-15, Peter Wright.
"Tolong Anda 'cancel' dulu koreksi "Spy Catcher". Ganti dengan buku "Kennedy's Familly and Disaster" (Runtuhnya Dinasti Kennedy), karya Penulis John H. Davis,"kata Chief Editor saya ketika itu. Buku terbitan 'publisher' New York, McGraw-Hill yang sangat terkenal ini, sejak awal sudah menarik minat saya untuk "menelannya" habis (membacanya).
Dari bab demi bab yang telah dilewati, tiba-tiba terhenti di satu bab yang menceritakan Robert Francis Kennedy (RFK). Mantan Jaksa Agung di era Presiden John Fitzgerald Kennedy (JFK/kakak RFK), dan Plt. Presiden Lyndon. B. Johnson.
RFK yang semasa menjadi Jaksa Agung (1961-1964), dikenal sangat tegas memberantas kejahatan terorganisir. Kriminal AS "lintang pukang", menepi hingga 800 persen. Membuat "dunia hitam", sangat "gerah", dan terganggu oleh sepakterjang RFK terhadap kejahatan yang telah berjalan. Saya sempat menonton koleksi film dengan judul, "The Youngest Goodfather", tentu tak akan terkejut, saat mendengar RFK ditembak. Bahkan, ketika Presiden John F. Kennedy ditembak dari gedung bertingkat di Dallas (1963), semua bisa menganalisis, mengapa RFK tertembak, mengapa JFK ditembak.
BACA JUGA:Berbaur dengan Teman, Kenali Lingkungan Sekolah
Dalam buku setebal 898 halaman, dan dibagi dua: bagian 1 & bagian 2 tersebut dipaparkan. Robert F. Kennedy ditembak sesaat setelah merayakan kemenangan pendahuluan Pemilihan Presiden tahun 1968. Dia ditembak di lorong Hotel Ambassador, Los Angeles (California).
RFK yang mewakili Partai Demokrat, punya potensi besar untuk memenangkan "Pilpres", karena popularitas keluarga Kennedy, sungguh seperti cerita fiksi yang menarik. Setiap Warga AS selalu saja ingin tahu, "apa dan mengapa" keluarga Kennedy.
Peristiwa aktual ala JFK dan RFK, yaitu penembakkan terhadap Capres calon dari Partai Republik Donald Trump, Sabtu (13/7) di Pennsylvania. Sejatinya adalah tragedi yang patut disesali. Untungnya, hanya melukai telinga "sang Capres", atau sebutlah mantan Presiden AS (2017). Donald Trump selamat.
Seorang pemuda belia Thomas Matthew Crocks menembak Trump yang tengah berkampanye untuk mendapatkan tiket kandidad Partai Republik, untuk Pilpres AS, dalam 4,5 bulan ke depan (November).
BACA JUGA:Tanamkan Semangat Demokrasi pada Siswa
Tentu. Ada saja hal menarik, untuk ditelaah dari tiga peristiwa penembakkan Presiden AS (John Fitzgerald Kennedy), juga Robert Francis Kennedy, dan terakhir penembakkan terhadap Donald Trump. Apa itu?
Kita telaah satu persatu. Penembak dan pembunuh Presiden AS, JFK, disebut-sebut adalah Lee Harvey Oswald. Sayangnya, tanpa bisa menggali lebih "in-depth", Lee Oswald ditembak oleh Jack Ruby saat masih dalam pengawalan polisi. Seorang polisi yang mengenali Jack, sempat berteriak. "Jack, Kau brengsek,". Lee Oswald tertembak di perut, dan dibawa ke RS Parkland Memorial. RS yang juga tempat Presiden John F. Kennedy dinyatakan meninggal.
Sementara sang adik, Robert Francis Kennedy mengalami hal sarupa. Sesaat setelah pidatonya kepada wartawan di Hotel Ambassador, RFK ditembak pemuda 24 tahun (1968). Pelaku dengan nama Sirhan Sirhan menembak RFK, dan tewas 26 jam kemudian. Hubert Humprey, akhirnya menjadi Capres Partai Demokrat melawan Capres dari Partai Republik Richard Nixon.
Penembakkan terhadap Trump oleh seorang pemuda 20 tahun, Thomas Croocks tentu melahirkan berbagai spekulasi. Sama halnya dengan pembunuhan oleh Lee Oswald terhadap Presiden AS John Fitzgerald Kennedy, dan Sirhan Sirhan menembak Robert Francis Kennedy. Teori konspirasi, tentu mengemuka.
BACA JUGA:Pasokan ke Pulau Jawa Terus Meningkat