Peserta karnaval, termasuk Kanjen Gusti Adipati Anom Sudivyo Rajaputra Narendra Ing Mataram, yang duduk di barisan depan, secara seremonial ditemani lima ekor kerbau bule yang merupakan simbol pusaka tradisi ini.
Baik para abdi dalem maupun peserta biasa tidak diperkenankan ngobrol, makan, minum atau bercanda, terutama pada saat prosesi kirab.
Tujuannya adalah untuk menjaga kekudusan dan fokus saat kita merayakan momen bersejarah ini.
BACA JUGA:Manfaat Luar Biasa Minyak Buah Markisa untuk Kesehatan Kulit dan Rambut!
Rute kirab sepanjang 7 kilometer diukur dalam kidmats. Setelah menyusuri rute Supit Urang, Jalan Pakubuwana, Jalan Gapura Gradag, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Kusmanto, Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, dan Jalan Yos Sudarso, para peserta akhirnya kembali ke Keraton Solo dengan rasa kebersamaan yang terasa semangat gotong royong.
Kirab Pusaka Malam 1 Suro merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat Surakarta.
Kirab ini tidak hanya sekedar perayaan tradisi yang penuh warna dan menyenangkan, tetapi juga merupakan momen penting untuk mengenang akar budaya dan sejarah nenek moyang kita yang patut dilestarikan untuk generasi mendatang.
BACA JUGA:Batu Persidangan. Tempat Menghukum Penjahat Jaman Dahulu. Tradisi Masyarakat Batak di Danau Toba
Diselenggarakan di Keraton Kasunanan Surakarta, kegiatan ini menarik wisatawan dari seluruh dunia dan secara gemilang menampilkan kekayaan budaya Indonesia.
Semoga tradis kirab pusaka pada malam pertama suro tetap terjaga dan terus dirayakan dengan semangat solidaritas bagi seluruh generasi mendatang.
Pengakuan terhadap keunikan budaya lokal ini merupakan langkah penting dalam melestarikan tradisi leluhur dan memperkuat keberagaman budaya Indonesia. *