KORANPAGARALAMPOS.CO - Tradisi Cingcowong merupakan tradisi meminta turunnya hujan yang dimulai dan dilakukan masyarakat di Luragung Landeuh, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Cingcowong berasal dari bahasa Sunda, dimana kata "chin" berarti "mencoba" dan kata "kawon" berarti "berbicara dengan lantang". Jadi “cincowong” artinya berusaha berbicara dengan suara keras.
Tradisi Cingcowong menggunakan medium berbentuk boneka yang kepalanya terbuat dari batok kelapa dan badannya terbuat dari perangkap ikan yang berfungsi sebagai alat pemanggil roh gaib Masu.
BACA JUGA:Tradisi dan Ritual Adat Kawin Cai Masyarakat Kuningan. Seperti Ini Prosesi Perkawinanya
Dalam ritual ini digunakan alat pengiring berupa periuk sebagai gendang tanah dan chenen atau bokor sebagai keran.
Tangga bambu, tikar, sisir, dan cermin digunakan sebagai alat bantu ritual, serta sebagai wadah air dan bunga kamboja.
Ada pula sesaji seperti kemenyan dan kemenyan, telur asin, kopi, rokok dan cerutu, thumpeng kecil, bahan sirih pinang, makanan ringan, kue basah dan buah-buahan manis.
BACA JUGA:Wisata Spiritual Pulau Dewata. Jenis dan Tempat Melukat Terpopuler di Bali
Tradisi Cingcowong dipimpin oleh Punduh sebagai orang yang memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan makhluk hidup dan kekuatan gaib, serta masih memiliki boneka Cingcowong dan diketahui memainkan dua alat musik utama: kendi.
Dibantu oleh beberapa orang yang tidak ditugaskan. Dan Bokor.
Ada juga Shinden yang tugasnya nyanyi.
Upacara diawali dengan penampilan nyanyian oleh para pelempar, pemain bokor, dan pemain sinden, dilanjutkan dengan masuknya wayang Cingcowong oleh Punduh dan para pembantunya ke dalam area ritual.
BACA JUGA:Menguak Sejarah, Peran Ratu Shima dalam Pembangunan Pusat Spiritualitas Hindu!
Boneka Cingcowong di tanganmu bergerak di antara tangga yang diletakkan di lantai sebanyak tiga kali dari awal hingga akhir.
Pundu kemudian duduk di tengah tangga dengan boneka Cingcowong di pangkuannya dan menatap ke cermin yang memperlihatkan wajah boneka tersebut.