BACA JUGA:Atmosfer Markas Timnas Indonesia Terlalu Angker
Tapi gaya Biden memang begitu. Sejak dulu. Saya lihat kondisi Biden masih sangat kuat. Bahwa ia terlihat lemah karena gayanya memang seperti itu.
Sebagai orang yang berumur 82 tahun bicara Biden masih sangat cepat. Gaya Biden bicara memang begitu: gerak bibirnya sangat tidak kentara.
Dan Anda sudah tahu: saat remaja Biden memang punya kelemahan bicara. Ia gagap. Parah. Lalu ia berusaha keras untuk bisa bicara normal. Berbagai cara ia lakukan. Sampai sering berkumur dengan es batu sambil berlatih bicara.
Biden akhirnya sembuh. Bisa bicara lancar. Bahkan bisa terpilih sebagai anggota Senat termuda. Saat itu umurnya 31 tahun. Rekor itu belum terpecahkan sampai sekarang.
BACA JUGA:Belasan Ribu Buruh Kena PHK
Biden memang tidak mengandalkan keunggulan orasi. Ia pasti kalah. Biden lebih mengandalkan kejujuran, gaya hidup, reputasi dan kinerja. Termasuk ia selalu naik kereta api dari rumahnya di Delaware ke kantornya di Senat Amerika di Washington DC.
Di debat Capres 2020 pun gaya Biden juga seperti itu. Kalah agresif dengan Trump. Toh Biden yang terpilih.
Sedang Trump bicaranya cepat, lancar, dengan intonasi yang sangat menarik. Tapi isinya banyak klaim tanpa fakta.
Saya lihat belum ada tokoh yang se-pede Trump dalam mengklaim prestasi tanpa dukungan fakta. Juga ketika menyerang Biden: tanpa fakta. Praktis menghina.
BACA JUGA:Kuda Nil Dikasih Makan Sampah
Padahal rakyat Amerika sangat menjunjung tinggi kejujuran. Akankah itu akan jadi kelemahan Trump di mata pemilih Amerika?
Saya mencoba bertanya pada orang Amerika biasa. Ia anggota partai Republik tapi mengagumi Barack Obama. Ia Republik tapi memilih Joe Biden di Pilpres yang lalu.
Anda sudah tahu: ia adalah John Mohn. Orang Kansas. Sahabat lama saya. Yang baru saya kunjungi.
Ia menonton debat itu kemarin di rumahnya. Bersama isterinya. Lalu ia saya minta menuliskan komentar satu kalimat panjang:
BACA JUGA:BSSN Akui Data Warga Tak Aman