KORANPAGARALAMPOS.CO - Pulau dewata yang kaya akan budaya dan keindahan alam, selalu menawarkan sesuatu yang memukau bagi setiap pengunjungnya.
Salah satu destinasi yang semakin populer dan menjadi sorotan adalah Sebak Jatiluwih, yang menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan serta kearifan lokal yang masih terjaga dengan baik.
Sebak Jatiluwih terletak di Kabupaten Tabanan, sekitar 50 km dari Denpasar. Perjalanan menuju Jatiluwih bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih dua jam dengan mobil.
Rute perjalanan yang berliku melalui perbukitan memberikan pengalaman tersendiri, di mana pengunjung dapat menikmati pemandangan sawah terasering yang hijau dan asri.
BACA JUGA:Keindahan Air Terjun Watu Lumpang, Destinasi Wisata Tersembunyi di Boyolali!
Keindahan Sawah Terasering Jatiluwih
Salah satu daya tarik utama dari Sebak Jatiluwih adalah pemandangan sawah terasering yang luas dan memukau.
Sawah-sawah ini bukan hanya sekadar lahan pertanian, melainkan juga cerminan dari budaya agraris masyarakat Bali yang telah ada sejak berabad-abad lalu.
Sistem irigasi tradisional yang disebut *subak* memainkan peran penting dalam menjaga kelestarian sawah terasering ini.
Subak merupakan sistem irigasi yang unik dan diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Sistem ini tidak hanya mengatur distribusi air secara efisien, tetapi juga mencerminkan filosofi Tri Hita Karana, yaitu harmoni antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungan.
BACA JUGA:Ajang Promosi Pariwisata, Pagaralam Kota Destinasi Wisata Unggulan Sumsel
Kearifan Lokal dan Budaya
Sebak Jatiluwih adalah tempat di mana kearifan lokal Bali dapat diamati secara langsung. Masyarakat setempat masih mempraktikkan tradisi dan ritus yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Upacara keagamaan dan adat sering diadakan di area persawahan, menunjukkan betapa pentingnya alam dalam kehidupan spiritual dan sosial masyarakat Bali.
Salah satu upacara yang menarik untuk disaksikan adalah *ngusaba*. Upacara ini merupakan bentuk syukur kepada Dewi Sri, dewi padi dan kesuburan, atas hasil panen yang melimpah.