Malam yang Dimuliakan? Ritual Satu Suro Bentuk Kerukunan Beragama.
Malam yang Dimuliakan? Ritual Satu Suro Bentuk Kerukunan Beragama. --Net
KORANPAGARALAMPOS.CO - Istilah Suro sudah lama dikenal masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, dan berasal dari kata Arab “ashura” yang berarti persepuluhan (yaitu tanggal 10 bulan Suro).
Istilah ini digunakan sebagai awal perhitungan bulan dalam Takwin di Pulau Jawa.
Sedangkan dalam Islam sendiri, istilah "Suro" yang dipahami sebagian besar umat Islam mengacu pada bulan Muharram.
Bulan Muharram sudah dikenal sejak sebelum Islam.
BACA JUGA:Awas Apes! Mengungkap Mitos Larangan Keluar Rumah Saat Malam 1 Suro
Kemudian resmi ditetapkan sebagai kalender Islam permanen sejak zaman Nabi hingga Umar Ibnu Khattab.
Secara etimologis, Muharam berarti bulan yang dimuliakan dan dimuliakan.
Karena Muharam penuh dengan berbagai peristiwa sejarah baik yang bersifat kenabian maupun apostolik, maka makna bahasa ini tidak lepas dari realitas pengalaman dan simbolik yang terkait dengan bulan ini.
Pada bulan Suro, masyarakat Indonesia melakukan berbagai ritual menyambut tahun baru yang disebut tradisi dan budaya.
Tentunya saya berharap tahun yang akan datang membawa tahun-tahun yang baik dan berkah.
Malam pertama Suro, malam tahun baru, juga merupakan tahun baru bagi masyarakat Jawa.
Masyarakat Jawa menganggap bulan Suro sebagai bulan suci.
Ada beberapa alasan atas anggapan ini. Selain bulan Muharram yang merupakan bulan mengagungkan Allah, banyak peristiwa penting yang terjadi di bulan ini.