Mengulik Sejarah Budaya Warisan Megalitikum Bori Kalimbuang Toraja

Mengulik Sejarah Budaya Warisan Megalitikum Bori Kalimbuang Toraja-Net-Net

BACA JUGA:Jejak Sejarah Suku Komering Sumatera Selatan

Membangun menhir baru pun harus disertai upacara adat Rapasan Sapurandan yang sakral. Dalam upacara itu harus dikurbankan 24 kerbau.

Batu-batuan bahan menhir didapatkan dari gunung terdekat.

Suku Toraja bergotong royong memindahkan bebatuan besar itu ke Bori Kalimbuang secara sukarela.

Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang masih sangat kuat dan kental dengan adat istiadatnya, masyarakat Toraja mendirikan batu-batu ini atau dikenal dengan sebutan menhir, demi menghormati pemuka adat ataupun keluarga bangsawan yang sudah meninggal.

BACA JUGA:6 Aplikasi Jitu Penghasil Saldo Dana, Salahsatunya Swagbucks

BACA JUGA:Benteng Fort Rotterdam, Saksi Sejarah Perlawanan Kerajaan Gowa

Prosesi pendirian menhir inipun tidak serta merta dilakukan begitu saja, tapi ada proses panjangnya, mulai dari upacara adat dengan pemotongan hewan kurban berupa kerbau dalam jumlah tertentu.

Pemilihan bebatuan dari tempat asalnya di gunung, hingga prosesi pemindahan bebatuan dari tempat asalnya di gunung hingga bisa sampai ke tempat ini dan tertanam kurang lebih sepertiga tingginya masuk ke dalam tanah.

Semua dilakukan secara gotong royong bersama masyarakat dan orang-orang sekitarnya yang dilakukan secara sukarela, sesuai dengan tradisi kehidupan masyarakat Toraja yang memang sangat kental dengan semangat kekeluargaan dan gotong royongnya.*

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan