Jangan Ngaku Pecinta Alam, Kalau Belum ke Puncak Gunung Patuha Bandung!

Jangan Ngaku Pecinta Alam, Kalau Belum ke Puncak Gunung Patuha Bandung! --

BACA JUGA:Woahh Mempesona! 6 Destinasi Wisata Air Terjun di Semarang, Dijamin Bikin Otak Segerrrr

Menurut kepercayaan masyarakat, di lahan puncak Gunung Patuha terdapat 7 makam leluhur yang namanya diawali dengan kata "Eyang" (Eyang Jaga Satru, Eyang  Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barabak, Eyang Baskom, dan Eyang Jambrong).

Salah satu puncak Gunung Patuha, yaitu Puncak Kapuk, dipercayai sebagai tempat berkumpulnya para leluhur tersebut, dengan Eyang Jaga Satru sebagai pimpinannya.

Di puncak keramat tersebut, jika kawenehan atau kebetulan, kita bisa melihat segerombolan domba atau kambing berbulu putih yang ditumbuhi lumut. Menurut mitos, domba ini dikenal dengan nama Domba Lukutan yang dipercayai sebagai jelmaan para leluhur.

Kepercayaan mengenai keangkeran kawah Gunung Patuha lambat laun terpecahkan. Pada tahun 1837, seorang warga negara Belanda keturunan Jerman bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn berkunjung ke kawasan Ciwidey.

BACA JUGA:Apakah Vitamin D Penting Untuk Kesehatan Anda? Yuk Ini 5 Pilihan Sehat Untuk Meningkatkan Asupan Anda!

Saat itu, ia memandangi sebuah kawasan gunung yang terlihat sunyi. Tidak ada satu ekor burung pun yang terbang di atasnya, dan hal ini membuatnya penasaran.

Junghuhn adalah seorang ilmuwan dengan pemikiran dan pemahaman berdasar pada pengetahuan dan logika.

Baginya, keadaan dan kondisi puncak Gunung Patuha ini merupakan sesuatu yang kurang masuk akal sehingga membuatnya lebih penasaran.

Singkat cerita, dengan segala keberaniannya Junghuhn menembus hutan yang mengelilingi kawasan puncak Gunung Patuha.

BACA JUGA:Woahh Mempesona! 6 Destinasi Wisata Air Terjun di Semarang, Dijamin Bikin Otak Segerrrr

Setelah berada di puncak, ia terkesima menyaksikan sebuah danau yang begitu indah dengan air berwarna putih yang sedikit hijau dan semburan lava di permukaannya.

Selain itu, di beberapa lokasi tertentu tercium bau belerang yang sangat menyengat.

Bau belerang inilah yang menjadi alasan mengapa burung-burung enggan untuk terbang melintas di atas puncak Gunung Patuha.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan