Rokok Amputasi
Disway--Pagaralam Pos
Sebenarnya, kata Suriadi, sampai luka itu tidak perlu. Asal penderita diabetes disiplin menjaga makanan. Disiplin itulah yang sulit. Ada yang harus diamputasi hanya karena tidak disiplin. Keras kepala.
BACA JUGA:Tarik Kunjungan Wisatawan – Minat Pecinta Olahraga Udara
Ia pun bercerita tentang seorang pasien yang kepalanya seperti itu. Namanya sebut saja si Batu. Sudah diberitahu agar tidak merokok. Si Batu juga sadar telah terkena diabetes. Ia tahu apa saja yang dilarang makan. Si Batu keras kepala. Sering melanggar. Akibatnya muncul luka.
Suriadi menyembuhkan luka itu. Sembuh. Si Batu kembali tidak disiplin. Bahkan kembali merokok lagi. Akibatnya: kakinya harus diamputasi.
"Jangan kaget kalau saya beritahu Pak Dahlan. Si Batu adalah seorang dokter," ujarnya.
Tahun sebelumnya ada juga ”Batu” yang lain. Harus pula diamputasi. Dan ”Batu” yang lain itu seorang perawat.
BACA JUGA:STKIP Muhammadyah Pagar Alam Programkan 100 Beasiswa
Saya bertemu Suriadi saat ke Pontianak Senin lalu. Satu pesawat. Kini ia mengajar di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Juga jadi pengusaha bidang kesehatan. Ia punya dua klinik di Pontianak. Istrinya seorang ahli gizi.
"Di mana logikanya merokok bisa menimbulkan luka?" tanya saya.
"Rokok bisa menyebabkan vasoconstriction pembuluh darah," jawabnya. Vasoconstriction adalah penyempitan pembuluh darah. Terutama arteri dan arteriola --cabangnya arteri.
Memang tidak ada orang yang lagi merokok meninggal dunia. Tapi ada yang karena merokok harus diamputasi.
BACA JUGA:Rapat Pembinaan Ketua RT/RW, Bahas Persoalan Sampah, PBB dan Kamtibmas
Jelaslah bahwa tidak ada kategori diabetis kering dan diabetes basah --seperti yang dipercaya kalangan awam. Mereka percaya yang sampai luka itu karena jenis diabetesnya ”basah”.
Itu mirip dengan kepercayaan pada dua penyakit paru: paru basah dan paru kering. "Omong kosong," ujar ahli paru legendaris yang dulu merawat istri saya. Namanya dokter Kabat. Istri saya masih hidup, dr Kabat sudah lama meninggal. "Tidak ada itu paru kering. Yang ada paru goreng," guraunya.(Dahlan Iskan)