Hijrah Tigray

Disway--Pagaralam Pos
Oleh: Dahlan Iskan
AWALNYA saya ingin jalan darat: dari Addis Ababa ke Makelle. Memang perlu waktu 12 jam, tapi akan bisa lebih banyak melihat berbagai wilayah di Ethiopia.
Soal tidak aman bagi wartawan itu justru menantang. Kedutaan asing belum mencabut travel warning bagi warga mereka ke Tigray. Tapi Duta Besar Indonesia di Ethiopia, Dr Al Busyra Basnur, tahu: saya tidak mungkin dilarang ke wilayah itu.
Al Busra hanya "memaksa" saya harus pakai pesawat. Saya setuju. Toh waktu saya juga terbatas.
Region (provinsi, negara bagian) Tigray, Anda sudah tahu: miskin segalanya. Termasuk miskin damai.
BACA JUGA:Ole Romeny Tampil Debut
Perang dan kelaparan seperti bersaing untuk saling lebih menonjol. Inilah region paling utara di Ethiopia.
Tigray berbatasan dengan Eritrea, negara kecil tapi strategis.
Kabar gembiranya: sebagian besar penduduk Eritrea itu satu suku dan satu bahasa dengan Tigray.
Kabar buruknya: negara tetangganya itu lebih miskin dari Tigray.
BACA JUGA:Joao Felix Tak Berguna untuk AC Milan
Saya pun mendarat di Makelle. Pakai Ethiopian Airlines. Jenis pesawatnya: Boeing 738 MAX. Saya langsung ingat: inilah jenis pesawat yang jatuh hampir bersamaan dengan jatuhnya pesawat Lion Air ke laut Jawa. Jenisnya sama.
Saya pernah bertemu pengacara di California. Ia membela hak-hak penumpang Lion Air. Ia merasa terbantu oleh pembelaan yang dilakukan Ethiopia. Ethiopian bisa membuktikan bahwa kecelakaan itu akibat sistem komputer Boeing 737MAX yang salah desain.
Tepat waktu: pukul 07.00 mendarat di Bandara Makelle. Langsung saja saya bisa melihat kemiskinannya: bandaranya lama. Seperti peninggalan zaman penjajahan.