Jaipong Gembyung

Disway--Pagaralam Pos

Mantan First Lady, Bu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid hadir. Saya cium tangannyi.

BACA JUGA:Cegah DBD dengan Menerapkan 3 M

Pejabat Gubernur Jabar, Bey Triadi Machmudin hadir. Ia sangat bijaksana: pidatonya hanya satu menit. Ia tahu: suasana yang ingar-bingar tidak cocok untuk pidato yang panjang.

Ups... Saya lihat ada Farid Ma'ruf. Pakai seragam militer. Ada dua bintang di pundaknya: mayor jendral.

Panitia mendudukannya di depan. Deretan tengah. Pasti bukan hanya karena dua bintang. Juga karena jasa besarnya 20 tahun sebelumnya.

Mayjen Farid melihat di deretan samping ada seorang tentara gagah. Ganteng. Tinggi. Atletis. Tidak pakai baju dinas. Jabatannya Danrem Bogor. Bintangnya satu --salah satu Danrem yang berpangkat Brigjen: Faisol Izuddin Karimi. Ia kolonel pertama di angkatannya yang naik pangkat jadi jenderal. Umurnya kini 47 tahun. Asal Gresik.

BACA JUGA:Sehari Ajari 3 Konsumen Mengemudi

Farid melihatnya. Farid berdiri. Farid minta sang Danrem duduk di tempat duduknya. Ia sendiri bergeser ke kursi deretan kanan.

"Saya memang bintang dua, tapi ia punya jabatan, saya tidak," ujar Farid. Saya memang bertanya pada Farid mengapa ia bersikap jenderak bintang satu itu lebih penting dari dirinya.

Yang juga membuat Cap Go Meh kali ini istimewa adalah  Kien Lin. Tidak setiap tahun Kien Lin boleh turun ke jalan. Bentuknya seperti barongsai tapi bukan. Kien Lin adalah kendaraan dewa. Ini mitos di Tiongkok. Sejak ribuan tahun lalu.

Setiap kali dewa turun ke bumi, kendaraannya adalah Kien Lin. Dalam satu malam Kien Lin bisa menempuh jarak langit ke bumi pulang pergi.

Saya tidak tahu mana yang lebih tua: Kien Lin atau Bouraq.

BACA JUGA:Lestarikan Budaya Lokal, SMP IT Ar Raihan Buat Gitar Kepudang

Anda sudah tahu Bouraq: kendaraan seperti kuda terbang yang membawa Nabi Muhammad dari Mekah ke Jerussalem. Dari Yerussalem terbang ke langit lapis ketujuh. Di situ Muhammad menerima wahyu kewajiban salat lima waktu. Lalu balik lagi ke Mekah. Semua itu berlangsung hanya kurang dari satu malam.

Melihat Kien Lin turun ke jalan, saya langsung tahu beda Kien Lin dengan barongsai. Kien Lin begitu magis. "Tahun 1950-an sudah ada. Tua sekali," ujar Himawan.

Tag
Share