Pergi ke Bulan, atau ke
Pergi ke Bulan, atau ke "Neraka"!--Net
Sebuah sasaran yang besar (big), berbahaya dan mengerikan (hairy), serta menuntut keberanian (audacious), telah dilalui. Rakyat Gaza khususnya, dan Palestina umumnya sudah melewati fase yang sangat sulit dan kini telah datang "moonlight". Sinar Bulan yang mencerahkan.
Pertanyaan yang muncul sekarang. Siapa yang berperan melunakkan Israel? Mengapa PM Israel menempuh "bahaya", yaitu bakal ditinggalkan koalisi garis kerasnya? Neraka Timur Tengah, lebih menakutkan Netanyahu?
Tekanan Donald Trump lewat Steve Witkoff, jelas lebih dominan terhadap Netanyahu. Trump tanpa "basa basi", telah memaksa Netanyahu menerima klausul dan konsesi Hamas menyangkut: Koridor Philadelphia, Netzarim, dan keluarnya Israel dari Gaza.
BACA JUGA:Tingkatkan Keimanan Personel, Polres Pagaralam Gelar Pembinaan Rohani
Israel paham karakter Donald Trump yang ingin perang "gila" ('unhinged war') ini, diakhiri lebih cepat. Israel memahami, cara beroperasi Trump, sangat berbeda dengan Biden. Satu lagi, Trump akan menjabat Presiden kurun empat tahun ke depan.
Terlepas dari itu, Israel juga telah letih. Perekonomian hancur, pariwisata tak bergerak. Yang juga penting, Hamas adalah sebuah Ideologi yang tak bisa diberangus. Israel akhirnya memahami.
Semoga gencatan senjata Israel-Hamas yang akan dimulai Minggu (19 Januari) lusa, tanpa halangan. Persetujuan Knesset (Parlemen Israel) dan pemungutan suara Kabinet Israel hari ini, adalah tantangan yang sulit. Namun, optimistis dunia terus membuncah.
Keduanya (Israel-Palestina) bisa hidup berdampingan, tanpa perlu lagi darah tertumpah.*(Sabpri Piliang)