Tolok Ukur Elkan Baggott

Tolok Ukur Elkan Baggott--Net

Kabar satu sisi mencuat, karena pelatih Shin Tae Yong tak mau memanggilnya. Apa betul? Atau Baggot-nya yang tak ingin kembali memperkuat Indonesia, bila pelatihnya masih STY?

Tanpa titik desimal, tak ada yang bisa diukur. Apakah STY-nya yang tak lagi menginginkan Baggott, atau Baggot-nya yang sudah enggan berada di bawah kendali Shin Tae Yong.

Bisa jadi, PSSI melihat "case" Baggott sebagai "benchmarking" (tolok ukur) peringatan dini, bubarnya para diaspora? Manajemen PSSI mungkin telah mengumpulkan informasi dari Jay Idzes dkk, tentang  masa depan Timnas bila 'coach' STY masih menukangi mereka.

BACA JUGA:Wisata Ngawi yang Terbaru dan Hits, Buruan Kunjungi!

Kisah Mees Hilgers yang beralasan cedera, saat dipanggil menjalani "matchday" ke-5 melawan Jepang. Lalu, Kevin Diks, mengatakan cedera dan pulang ke Belanda, jelang "matchday" ke-6 melawan Arab Saudi. Adalah dua misteri yang hanya PSSI dan sang pemain, yang tahu.

Pilihan antara meminggirkan STY, dengan perginya diaspora (pemain naturalisasi) adalah dua "choice" yang sulit bagi Ketua Umum PSSI Erick Thohir. 

Keputusan seperti "petir di siang bolong itu, tak pernah disangka oleh mayoritas publik, yang "terlanjur sayang" pada STY.   

Solusi Erick Thohir, dengan melahirkan polemik di tengah optimistis jelang lawan Aussie (Australia) dan Bahrain, seperti meredupkan antusiasme publik. 

BACA JUGA:Misteri Gunung Lawu Ini Bikin Bulu Kuduk Merinding

Namun, "cover both side" saya mengatakan. PSSI jauh lebih tahu, keputusan apa yang mesti diambil. Sikap mengakhiri kerjasama dengan STY, sudah dikalkulasi "lost" dan "benefit"-nya. Tak ada yang keliru!

"Semilir angin", cerita tersembunyi kekalahan Timnas Indonesia vs China (1-2) di "matchday" ke-4, dan kemenangan 2-0 (Indonesia-Arab Saudi/'matchday' 6), makin menguatkan dugaan. Ada persoalan psikologis antara skuad diaspora dengan 'coach' Shin Tae Yong.

Di satu sisi, banyak pelajaran disiplin dan nilai nasionalisme yang diajarkan STY, dalam membangun Timnas Indonesia. Kenaikan hampir 50 level di rangking FIFA (2019-2025), itulah jasa baik STY kepada kita.

Hanya saja pemikiran manusia (pemain), jauh lebih independen ketimbang angka-angka (statis). Lebih sulit diukur berdasarkan ekuitas, dan marjin laba dalam konsep 'trading'.

BACA JUGA:5 Tempat Wisata di Solo untuk Anak yang Menyenangkan dan Edukatif?

Pemain adalah ekuitas (modal) kita. Sementara marjin adalah kemenangan dan keuntungan.

Tag
Share