Kokkang Ibunda
Disway--Disway
Aku: Bu, mau nggak pagi ini jadi duta shampoo yang lain lagi.
Ibu: opo iku (apa itu?)
Aku: ibu keramas dengan shampoo merek ini nanti dapat duit, bisa untuk membeli daster.
Ibu: mosok (benar begitu?)
Aku: iya. Daster ibu kan sudah banyak yang amoh (lusuh berlubang).
Ibu: iyo.
Aku: makanya ibu keramas, nanti dapat uang dari iklan shampo bisa untuk beli daster yang banyak, baru semua.
Ibu: yo wis, ayo, aku dikeramasi.
Setiap kali menemukan cara merayu seperti itu Kokkang berdoa: semoga malaikat tidak mencatat kata-katanya itu sebagai kebohongan.
Tiga jam saya selesaikan buku itu. Lewat Roy, saya pun mencari nomor teleponnya. Lalu mengirim banyak WA padanya. Termasuk minta izin mengutip beberapa isi buku untuk tulisan ini.
Barulah saya mengelilingi lounge business class bandara Istanbul ini. Begitu luasnya.
Bandaranya sendiri sudah seperti mal besar. Lounge bisnisnya seperti pujasera.
BACA JUGA:BRI Sabet Penghargaan Global Berkat Transformasi Digital melalui BRIAPI
Bandara Singapura juga seperti mal tapi terlalu rapi. Kurang terasa dinamis. Pun Dubai dan Hong Kong. Bandara-bandara baru yang besar di Tiongkok juga seperti mal tapi variasinya kurang.