Belajarlah ke Sekolah 'Elang'

Belajarlah ke Sekolah 'Elang'--Pagaralam Pos

"Chemistry" Janner dan penyerang Raffael Struick, membuat Indonesia mengalahkan Korea Selatan 11-10 (adu penalti), setelah imbang 2-2 (waktu normal). Saat melawan Arab Saudi di "matchday" pertama, pun Janner berkontribusi baik.    

Arab Saudi tidak sehebat Jepang. Terlihat saat  'matchday' pertama (tandang), tokh Indonesia berhasil menahan sang "Green Falcons", dengan 1-1. Bahkan satu tendangan penalti, bintang Salem Al Dawsary digagalkan penjaga gawang Timnas Indonesia Maartin Paes.

Belajar dari cara berburu "Elang" (baca:Jepang), walau sesungguhnya Timnas Indonesia telah lama menjadi "Elang". Julukan Elang identik dengan Garuda. Para ahli sejarah (histori) sepakat bahwa burung Garuda terinspirasi dari fisik Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi).

Hingga "matchday" ke-10 tahun depan, Timnas Indonesia masih memiliki lima pertandingan lagi. Meski saat ini, berada di dasar klasemen. Harapan untuk (setidaknya) berada di rangking 4, tetap terbuka lebar. Tentunya, untuk syarat maju ke putaran ke-4.

BACA JUGA:Junjung Tinggi Profesionalitas, Jaga Netralitas Selama Pilkada

Memiliki poin 3 ( tiga draw, dan 2 kalah), kemenangan melawan Arab Saudi bersama atmoshfer GBK, membuka harapan naik ke posisi 4 klasemen. Pertandingan malam ini yang berbarengan dengan: Bahrain vs Australia, dan Jepang vs China, membuka peluang itu.

Seandainya menang lawan Arab Saudi. Lalu Bahrain kalah lawan Australia, dan China kalah lawan Jepang, maka Indonesia akan naik ke posisi 4. Sebab sekalipun kalah 0-4 dari Jepang, selisih gol Indonesia masih lebih baik dari China dan Bahrain.

Seperti diketahui, pada "matchday" terdahulu. China kalah dari Jepang 0-7, dan Bahrain dilumat Tim Samurai Biru dengan skor 0-5. Hitung-hitungannya, bila malam ini, Indonesia menang. Poin kita akan sama dengan Arab Saudi dan China, yaitu 6. Sementara, bila Bahrain kalah melawan Aussie (Australia), poinnya tetap 5.

Malam ini, tak boleh menjadi "Black Tuesday", tak boleh menjadi "Selasa Hitam" untuk meng-analogikan kekalahan sebagai hal yang buruk. Kekalahan yang menjadikan penonton GBK menjadi "patah hati".

BACA JUGA:Lingkungan Bersih Cermin Hidup Sehat

Suatu gambar, ulat tak memberi tahu kapan menjadi kupu kupu. Sebuah metafora yang mengajarkan, perubahan adalah bagian dari kehidupan. 

Karena itu, kemenangan melawan Arab Saudi di "matchday" ke-6 ini, sebagai "harga mati". Marubah diri, dari kekalahan demi kekalahan. Menjadi kemenangan demi kemenangan.

Kita bukan lagi ulat. Tapi telah berubah menjadi kupu kupu yang indah. Seindah kemenangan malam nanti. Semoga ya. *(Sabpri Piliang)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan