Risiko Karena Menunda Penggantian Drive Belt pada Mobil, Cek Penjelasan Lengkapnya Disini!
Risiko Karena Menunda Penggantian Drive Belt pada Mobil, Cek Penjelasan Lengkapnya Disini!--foto: kolase pagaralampos.co
KORANPAGARALAMPOS.CO - Penggantian komponen mobil, terutama yang memiliki masa pakai tertentu, seringkali menjadi perhatian bagi para pemilik kendaraan.
Salah satu komponen vital dalam sistem mesin adalah drive belt, atau sabuk penggerak puli, yang memiliki rekomendasi penggantian setiap 40.000 km.
Meskipun konsumen mungkin merasa bisa menunda saran perbaikan dari bengkel karena kendala dana, tindakan ini membawa sejumlah risiko yang harus dipahami.
Menurut Arif Nugroho, Service Advisor Hyundai Solo Baru, produsen kendaraan sudah memperkirakan ketahanan setiap komponen, termasuk drive belt.
BACA JUGA:Bocoran Harga Chery J6, Mobil Listrik Off-Road Pertama di Indonesia, Cek Selemgkapnya Disini!
Ia menekankan bahwa meskipun secara fisik drive belt mungkin terlihat baik, menunda penggantiannya dapat mengakibatkan risiko serius.
“Mungkin secara kasat mata drive belt masih tampak bagus ketika memasuki masa penggantiannya, tapi sebenarnya bila tidak diganti memiliki risiko,” ungkap Arif.
Drive belt berfungsi untuk meneruskan putaran mesin ke beberapa komponen penting seperti kompresor AC, alternator, pompa air, dan power steering.
Apabila drive belt ini mengalami kerusakan atau bahkan putus, dampak yang ditimbulkan bisa sangat merepotkan.
BACA JUGA:Pentingnya Perawatan Rutin Oli Mesin pada Mobil Hybrid, Simak Penjelasannya Disini!
Hardi Wibowo, pemilik bengkel Aha Motor Yogyakarta, menjelaskan bahwa dampak terburuk dari telat mengganti drive belt adalah putus di tengah jalan.
“Ketika drive belt putus, beberapa komponen penunjang sistem tidak akan berfungsi dengan baik, karena puli-puli tidak berputar,” ujarnya.
Akibat dari kerusakan drive belt ini tidak bisa dianggap remeh.
Ketika drive belt putus, pengguna mobil mungkin mengalami beberapa masalah seperti: