Kabinet Baru

Disway--Disway

Waktu itu bangsa lagi terancam pecah: pro Soekarno dan anti Soekarno. Itu akibat peristiwa G30S/PKI yang terjadi tiga atau empat bulan sebelumnya.

Bung Karno saat itu masih menjabat presiden tapi praktis tidak punya kekuasaan. Perintahnya tidak didengar. Keputusannya tidak dijalankan. Di lapangan Pak Hartolah yang berkuasa --dengan pangkat "hanya" mayor jenderal tapi mengendalikan tentara sepenuhnya.

BACA JUGA:Petualangan Seru di Wisata Kopeng Salatiga, Dari Treetop Adventure hingga Glamping!

Bung Karno masih berusaha untuk kembali berkuasa dalam arti yang sesungguhnya. Pembentukan Kabinet Dwikora II adalah salah satu upaya untuk kembali mengambil kekuasaan itu.

Tentu ada pihak yang tidak ingin Bung Karno mendapatkan kekuasaannya lagi. Ejekan "Kabinet 100 Menteri" adalah salah satu cara untuk "merusak" nama baik kabinet itu --kebetulan memang banyak yang namanya tidak baik.

Akhirnya kabinet 100 Menteri tersebut memang tidak bisa bekerja --tidak punya waktu.

Ketika kali pertama akan dilakukan sidang kabinet, banyak menteri tidak bisa masuk istana.

BACA JUGA:Gunung yang Menghantui, Cerita di Balik Angka Kematian Pendaki!

Ada yang ditangkap. Ada yang dihambat.

Yang sudah berhasil masuk Istana pun kabur. Terbirit-birit.

Soebandrio sampai lari tidak pakai sepatu --ketinggalan di ruang sidang.

Di Monas, depan Istana, sudah penuh dengan tentara. Dihembuskan kabar yang tidak jelas: istana akan diduduki.

BACA JUGA:Bukan Everest, Inilah Gunung yang Menuntut Nyawa Para Pendaki!

Bung Karno diungsikan ke Istana Bogor. Selebihnya Anda sudah tahu: di Bogor Bung Karno didatangi tiga jenderal.

Keluarlah yang di sekolah Anda baca bukunya: Supersemar. Surat Perintah 11 Maret. Bung Karno menunjuk Pak Harto untuk mengatasi keamanan dan ketertiban masyarakat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan