Ambeien Bukan
Disway--Disway
Tahun 1984 ia terpaksa operasi ambeien. Tapi setelah itu sakitnya datang lagi. Muncul bisul di anus. Bisul di pantat saja bukan main sakitnya. Ini di anus.
BACA JUGA:Matangkan Rencana Smart Solution Good Governance
Dilajukanlah operasi bisul. Sembuh. Sementara. Lalu muncul lagi sakit serupa. Dilakukan lagi operasi kecil di anus. Reda. Juga tidak lama. Kambuh lagi.
Bulan lalu ia terpaksa ke dokter. Umurnya sudah 61 tahun. Sudah lama pensiun dari Jawa Pos.
Dokter terakhir itulah yang menganjurkan Nasaruddin ke dokter Bambang Soegianto. Sang dokter juga menderita ambeien. Penyakitnya beres ketika dokter itu jadi pasien dokter Bambang.
Nasaruddin pun ke dokter Bambang. Curiga. Kok tidak kunjung sembuh. Dilakukanlah pemeriksaan secara khusus.
BACA JUGA:Sukseskan Pilkada, Tegaskan Pentingnya Kolaborasi RW/RT
Bambang sudah sering punya pasien ambeien yang tidak kunjung sembuh. Pun setelah berobat ke Singapura, Thailand, dan Penang, Malaysia.
Ditemukanlah Nasaruddin bukan menderita karena ambeien. Ia kena penyakit fistula Ani.
Menulis ''fistula''-nya boleh pakai huruf kecil, tapi Ani-nya harus pakai A huruf besar. Pertanda bahwa itu nama orang –Anda sudah tahu siapa dia.
Gejala fistula Ani memang mirip dengan ambeien. Seperti bisul. Tapi jauh di dalam anus. Bukan seperti ambeien yang di bibir anus.
BACA JUGA:Dasa Wisma Ujung Tombak Program PKK
Maka untuk menyelesaikannya tidak bisa hanya mengoperasi bagian ''mulut anus''. Harus dibongkar sampai ke dalam. Semua jaringan yang mati atau bernanah harus diambil lewat operasi bagian dalam anus.
Dokter Bambang menceritakan hasil pemeriksaannya itu. Lalu memberikan nama-nama pasien lain yang mengalami fistula Ani. Mereka sembuh di tangan dokter Bambang. Lewat operasi.
Nasaruddin pun berbicara dengan mereka. Ada tiga orang yang ia ajak bicara lewat HP. Salah satu di antaranya sudah berobat ke Thailand. Satu lagi pernah berobat ke Penang. Di sana dioperasi. Tapi tidak sembuh. Sakitnya muncul lagi. Setelah dioperasi dokter Bambang barulah beres.