Membuka Sejarah Keunikan Candi Brahu, Pesona Arsitektur dan Kekayaan Sejarah di Jantung Trowulan

Membuka Sejarah Keunikan Candi Brahu, Pesona Arsitektur dan Kekayaan Sejarah di Jantung Trowulan--

BACA JUGA:Mengenal Budaya Ngawi melalui Destinasi Wisatanya yang Unik

Candi Brahu dianggap berasal dari kata ‘bra’ yang berarti brawijaya atau raja, dan ‘hu’ yang berarti abu. Jadi, Brahu diartikan sebagai ‘abu raja’.

Namun, ada kisah lain yang menyebutkan bahwa nama Brahu muncul saat candi ditemukan bersamaan dengan penemuan prasasti tembaga ‘Alasantan’ yang dibuat pada 861 Saka atau sekitar 9 September 939 M oleh Raja Mpu Sindok dari Kahuripan.

Dalam prasasti itu disebutkan bahwa nama tempat tersebut adalah ‘warahu’, yang berarti tempat suci. Sehingga, dari sinilah kemudian muncul nama Brahu. Terlebih lagi, candi ini merupakan candi Buddha yang didukung oleh penemuan arca-arca Buddha saat pertama kali digali.

Candi Brahu memiliki perbedaan dengan candi-candi lain yang umumnya ditemukan. Candi ini dibangun dengan bahan dasar batu bata dan tidak memiliki relief seperti Candi Borobudur karena batu bata yang lebih sulit dibuat relief.

Keunikan lainnya terletak pada bentuk bangunannya. Candi ini menghadap ke arah barat dengan bentuk dasar persegi panjang seluas 18×22,5 meter dan tingginya mencapai sekitar 20 meter.

BACA JUGA:Mau Liburan Bingung ke Wisata Mana? Inilah 5 Rekomendasi wisata yang ada di Bangka

Candi Brahu memiliki bentuk tubuh yang bukan persegi tegas, melainkan bersudut banyak, tumpul, dan berlekuk. Bagian tengah tubuhnya melekuk ke dalam seperti pinggang, yang diperkuat oleh pola susunan batu bata pada dinding barat atau dinding depan candi.

Atap candi juga tidak berbentuk prisma bersusun atau segi empat, melainkan bersudut banyak dengan puncak datar. Candi Brahu memiliki kaki candi yang dibangun dalam dua susunan.

Kaki bagian bawah setinggi sekitar 2 meter dan memiliki tangga di sisi barat yang menuju selasar selebar sekitar 1 meter yang mengelilingi tubuh candi. Dari selasar pertama, terdapat tangga setinggi sekitar 2 meter yang menuju selasar kedua.

Di atas selasar kedua inilah tubuh candi berdiri.Di sisi barat, terdapat lubang semacam pintu pada ketinggian sekitar 2 meter dari selasar kedua.

BACA JUGA:Pengen Rencana Liburan Yang Menyenangkan!Inilah 4 Rekomendasi Wisata di Bogor

Dahulu, mungkin ada tangga naik dari selasar kedua menuju pintu di tubuh candi.Namun sekarang, tangga tersebut sudah tidak ada lagi, sehingga sulit bagi pengunjung untuk masuk ke dalam ruangan di tubuh candi.

Konon, ruangan di dalam candi ini cukup luas dan dapat menampung sekitar 30 orang. Susunan bata pada kaki, dinding tubuh, dan atap candi diatur sedemikian rupa sehingga membentuk gambar berpola geometris dan lekukan-lekukan yang indah.

Candi Brahu mulai dipugar tahun 1990 dan selesai pada, 1995. Menurut masyarakat di sekitarnya, tidak jauh dari Candi Brahu dahulu terdapat beberapa candi lain, seperti Candi Muteran, Candi Gedong, Candi Tengah, dan Candi Gentong.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan