BMKG Pastikan La Nina Belum Landa RI, Begini Prediksi Produksi Beras dan Tantangan Cuaca
BMKG Pastikan La Nina Belum Landa RI, Begini Prediksi Produksi Beras dan Tantangan Cuaca--
KORANPAGARALAMPOS.CO - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini memastikan bahwa fenomena La Nina belum terjadi di Indonesia.
Hal ini menjadi berita penting mengingat La Nina sering diharapkan dapat membawa peningkatan curah hujan untuk daerah-daerah yang mengalami kekeringan akibat musim kemarau.
Namun, berita ini datang bersamaan dengan laporan positif dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai prediksi surplus produksi beras di bulan Agustus dan September 2024.
Prediksi Surplus Beras
Menurut Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, Indonesia diperkirakan akan mengalami surplus beras pada Agustus dan September 2024.
BACA JUGA:Inilah Dampak Penutupan Pabrik Tekstil Terhadap Bisnis Modest Fashion di Indonesia!
Hal ini disebabkan oleh proyeksi peningkatan produksi beras secara nasional yang signifikan pada bulan-bulan tersebut.
Pada Agustus 2024, luas panen diperkirakan mencapai sekitar 940 ribu hektare (ha), sementara pada September, luas panen diperkirakan mencapai 1 juta ha.
Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana luas panen berkisar di angka 800 ribu ha.
Produksi gabah kering giling (GKG) di bulan Agustus 2024 diprediksi mencapai 4,62 juta ton, sementara pada bulan September diperkirakan mencapai 5,14 juta ton.
BACA JUGA:Jokowi Berikan Izin Usaha Pertambangan kepada PBNU, Langkah Strategis untuk Pemberdayaan Ekonomi
Angka-angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana produksi gabah di bulan Agustus 2022 tercatat sekitar 4,08 juta ton dan pada September 2022 sekitar 4,34 juta ton.
Pada 2023, produksi gabah pada bulan yang sama masing-masing sekitar 4,38 juta ton dan 4,37 juta ton.
Reaksi Industri dan Tantangan Lapangan
Sutarto Alimoeso, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), mengungkapkan bahwa berdasarkan pengamatan di lapangan, ada indikasi nyata akan terjadi peningkatan produksi.
Faktor pemicu utamanya adalah harga gabah yang menarik bagi petani dan kondisi lingkungan yang mendukung, seperti adanya fenomena kemarau basah.
BACA JUGA:Breaking News: MK Ubah Sistem Pemilu
"Secara nasional, potensi kenaikan produksi cukup lumayan, meski kemungkinan akan ada koreksi dari jumlah yang diproyeksikan BPS. Namun, jelas ada potensi surplus beras di bulan Agustus dan September," ungkap Sutarto.
Namun, kondisi di lapangan tidak sepenuhnya mendukung prediksi tersebut. Kusnan, Kepala Pusat Perbenihan Nasional Serikat Petani Indonesia (SPI), menyatakan bahwa kenyataannya banyak sawah yang mengalami kekeringan karena tidak mendapat cukup air.
Pada musim tanam kedua, banyak daerah yang mengalami gagal panen, terutama di Indramayu dan beberapa wilayah lainnya.
"Bulan Agustus ini sawah sudah banyak yang kering dan tidak ada air. Banyak lahan yang dibiarkan kosong atau beralih fungsi untuk menanam jagung dan hortikultura," kata Kusnan.
BACA JUGA:BREAKINGNEWS: Pj Wako Lantik Dahnial Nasution Dilantik Jadi Pj Sekda Pagar Alam