Dari Kerajaan Mengwi ke Puncak Mangu: Menaklukkan Gunung Catur di Bali
--
Jalur pendakian menuju Puncak Mangu sangat jelas, dengan tangga-tangga yang terbuat dari bebatuan yang disemen.
Lingkungan sekitar dipenuhi pepohonan besar dan semak-semak lebat khas hutan hujan tropis. Selama pendakian, kami melewati beberapa pos peristirahatan yang dipasang oleh Mapala Stiki.
Udara yang segar dan pemandangan hijau yang menyejukkan membuat perjalanan ini sangat menyenangkan.
BACA JUGA:Gunung-Gunung di Indonesia yang Penuh dengan Aura Mistis dan Legenda!
Kicauan burung dan suara alam memberikan suasana yang damai.
Sesajen seperti canang sering kami temui di sepanjang jalur pendakian, yang merupakan simbol penghormatan terhadap alam.
Sesajen ini juga mengingatkan saya pada peristiwa viral terkait sesajen di Gunung Semeru, yang menunjukkan perbedaan cara pandang terhadap ritual keagamaan di berbagai daerah.
Pura Beji Puncak Mangu
Setelah dua jam perjalanan, kami tiba di Pura Beji Puncak Mangu, sebuah tempat suci yang juga berfungsi sebagai sumber mata air.
BACA JUGA:Jangan Ngaku Pecinta Alam, Kalau Belum ke Puncak Gunung Patuha Bandung!
Pura Beji memiliki pelinggih-pelinggih beratapkan ijuk dan sebuah cerukan penampung air yang jernih.
Di sekitar tempat ini, terdapat beberapa canang yang mungkin diletakkan oleh pendaki yang beristirahat di sana.
Kesimpulan
Pendakian ke Puncak Mangu menawarkan pengalaman yang unik dengan kombinasi keindahan alam dan sejarah budaya Bali.
Meskipun jalur pendakian bisa menantang, terutama dengan adanya kerusakan di beberapa bagian, pemandangan dan kedamaian yang didapatkan di puncak gunung membuat semua usaha itu terasa sangat berharga.