PASCA JOE BIDEN

--Net

BACA JUGA:Kelola Sampah Libatkan Masyarakat

Langkah mundur Joe Biden, sesungguhnya tepat. Sebenarnya, jauh sebelum debat 27 Juni, ada sejumlah faksi di dalam Partai Demokrat yang memang menginginkannya mundur. Para pendukung tak ingin "outspoken" mengatakan itu.

Sebab, belum ada histori yang mencatat sejarah kepemimpinan AS, 'si' petahana mundur, untuk pencalonan ke-2 dalam lima dasawarsa terakhir. Hanya Lyndon Baines Johnson (Lyndon B. Johnson) yang merupakan pengganti Presiden ke-35 AS (Plt. Setelah Presiden John Fitzgerald Kennedy tertembak di Dallas-1963), yang mundur di pemilihan tahun 1968. Johnson yang kemudian mengikuti Pilpres 1964 mewakili Partai Demokrat,  terpilih untuk pertama kali.

Gejolak dalam tubuh partai Demokrat, membuat Lyndon Johnson mengundurkan diri dari pencalonan keduanya (1968). Hubert H. Humprey yang ditunjuk menjadi pengganti Lyndon B. Johnson dari Demokrat, akhirnya kalah dari calon Partai Republik Richard  Milhous Nixon (Richard M. Nixon).

Joe Biden sendiri telah memberi sinyal, menginginkan Wapresnya Kamala Devy Harris untuk menyambut tongkat suksesi. Itu sikap pribadi. Belum tentu terpilih. Karena, yang berhak memutuskan Kamala Harris atau yang lain untuk maju, adalah konvensi Partai Demokrat.

BACA JUGA:Wisata Alam Tangkeban Sky. Tawarkan Pesona Keindahan Alam Dataran Pegunungan Wonosobo

Sementara, Partai Republik sendiri, merasa nyaman dengan eksistensi dan popularitas Donald Trump.  Itu makin kokoh, karena ketokohan sang isteri Melania Knauss, atau lebih dikenal Melania Trump, secara terus-menerus menjadi diskursus publik.

Adalah Tabloid Jerman, "Gala", menyebutkan rahasia riasan wajah Melania Trump. "Melania Trump tak meninggalkan rumah, tanpa merias matanya", demikian ulasan Tabloid Jerman ini. Nah, rasanya Trump akan mudah melenggang ke Gedung Putih untuk kedua kalinya. Bersama Melania, semua terasa indah. (Sabpri Piliang)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan