Penuh Aura Mistik? Tradisi Malam 1 Suro dalam Penanggalan Jawa Serta Pantangannya
Penuh Aura Mistik? Tradisi Malam 1 Suro dalam Penanggalan Jawa Serta Pantangannya--Net
BACA JUGA:Pesona Menakjubkan Destinasi Wisata Sri Gethuk Yogyakarta Tetap Jadi Magnet Wisatawan
Ia telah menjadi hewan favorit sejak istananya terletak di Caltasula, sekitar 10 km sebelah barat istana sekarang.
Berbeda dengan Solo, di Yogyakarta, perayaan malam pertama Suro biasanya diadakan dengan membawa keris dan benda pusaka sebagai bagian dari parade karnaval.
1. Mubeng Benteng
Tradisi atau ritual ini dilakukan sebagai bentuk penebusan dosa atau pengendalian diri dan sebagai permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
BACA JUGA:Yuk intip Sinopsis Moon Embracing the Sun, Raja Era Joseon yang Jatuh Cinta pada Peramal
Malam harinya Benteng Mben dilakukan dengan berjalan kaki dari Keraton Yogyakarta, dari alun-alun utara menuju kawasan barat (Kauman), selatan (Beteng Kulon), timur (Pojok Beteng Wetang), lalu utara lagi, dan kembali ke Istana.
Saat sedang Mubeng Benteng, para abdi dalem mengenakan pakaian khas Jawa dan bertelanjang kaki.
Di belakangnya, masyarakat menyaksikan prosesi tersebut. Mereka bahkan tidak memakai alas kaki.
BACA JUGA:Meski Masuk Grup Neraka di Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia Tetap Optimis!
Berjalan tanpa alas kaki berarti mendekatkan diri dan menunjukkan rasa cinta pada alam semesta.
Selama perjalanan, seluruh pejabat istana dan peserta biasa mengenakan tasbih di jari tangan kanannya dan memanjatkan doa kepada Tuhan.
2. Jamasan Pusaka atau Ngumbah Keris
Pada malam 1 Suro juga diadakan prosesi pusaka Jamasan atau pusaka Silaman di Keraton Yogyakarta.
BACA JUGA: Dibintangi Lee Min Ho, Ini Bocoran Sinopsis Pachinko 2 yang akan tayang Agustus 2024