Tak Sekedar Merawat Gigi Jaman Dulu. Tradisi Nyirih yang Mulai Tergerus Kemajuan Jaman

Tak Sekedar Merawat Gigi Jaman Dulu. Tradisi Nyirih yang Mulai Tergerus Kemajuan Jaman--Net

Satu-satunya perbedaan adalah jenis kepercayaannya.

BACA JUGA:Resep Mudah dan enak Rawon Khas Jawa Timur. Masakan khas Tradisional yang Mendunia

Pinang dan sirih dalam bahasa Melayu bisa diartikan sebagai lamaran atau lamaran nikah.

Memberi sirih artinya memberi cinta dalam bahasa Aceh.

Dahulu kala, seorang pria Aceh yang menceraikan istrinya memberinya tiga lembar daun pinang.

Le Passiko artinya "paket daun sirih" dalam bahasa Makassar, dan menyajikan berarti mengajukan lamaran.

BACA JUGA: Menjelajahi Keunikan Kuliner NTB, 7 Makanan Tradisional yang Menggugah Selera

Di Makassar, ibu mempelai wanita melakukan upacara Nyeri bersama kedua mempelai pada malam pertama.

Ketika seorang anak lahir, ibu baru dan mertua melakukan neeri bersama-sama.

Di Jawa, sirih lintingan tangan disebut gantar.

Ritual Balangan Sur atau Guntar merupakan ritual dimana dua orang pelaku saling melempar sirih sebagai simbol cinta dan harapan bersama.

BACA JUGA:Jenang Kudus khas Wonogiri Membumi Rasa, Merayakan Tradisi

Tradisi Neeli mulai hilang akibat modernisasi. Konsumsi tembakau menjadi bagian dari zaman modern, menghilangkan kebiasaan Niteri yang dianggap najis dan tidak higienis.

Nyiri masih ada dalam masyarakat tradisional hingga saat ini dan merupakan kelanjutan dari tradisi masa lalu. *

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan