188 Orang Dirawat usai Minum Suplemen Jepang
Ilustrasi--Net
JAKARTA – Pasien yang menjalani perawatan imbas gangguan dan gagal ginjal pasca mengonsumsi suplemen Jepang kini bertambah menjadi 188 orang.
Sejumlah pakar di Negeri Sakura mulai melihat ‘titik terang’ penyebab kemungkinan suplemen kesehatan yang mengandung beni koji atau beras ragi merah untuk menurunkan kolesterol jahat tersebut terkontaminasi.
“Suplemen beras ragi merah yang dikaitkan dengan lima kematian di Jepang mungkin telah terkontaminasi oleh jamur dari luar pabrik selama produksi,” kata para ahli, dikutip dari Nikkei Asia, Jumat (5/4).
Sejak dua setengah bulan lalu, ramai-ramai orang mulai mendatangi fasilitas kesehatan dengan keluhan mirip pasca rutin meminum suplemen yang diproduksi Kobayashi Pharmaceutical.
BACA JUGA:Gagalkan Penyelundupan 25 Kg Sabu-Sabu
Adapun 188 pasien yang diduga mengalami masalah ginjal terkait suplemen, terdampak senyawa toksik yang dihasilkan dari jamur biru.
Pabrik Kobayashi di Osaka membuat bahan untuk produknya, yang disebut beni koji di Jepang, dengan memfermentasi beras menggunakan sejenis cetakan yang disebut Monascus.
Hasil riset menemukan asam puberulat pada 10 dari 33 lot yang diproduksi pada 2023 di pabrik tersebut menggunakan batch Monascus yang sama, sedangkan 54 lot yang diproduksi dari batch lain dinyatakan negatif.
Lot yang bermasalah diproduksi antara April dan Oktober tahun lalu, dengan bahan beracun sebagian besar ditemukan pada produksi bulan September.
BACA JUGA:Intensifkan Pemantauan Stok dan Harga Bapokting
“Produk yang ditemukan mengandung [zat beracun] diproduksi dalam jangka waktu lama, jadi kecil kemungkinannya ada orang yang memperkenalkannya dengan tujuan jahat,” kata Hideaki Karaki, profesor emeritus farmakologi dan toksikologi di Universitas Tokyo.
Jika kondisi sanitasi di pabrik cukup buruk, jamur biru bisa berkembang biak. Kemungkinan besar jamur tersebut tidak akan ditemukan di beberapa lahan saja.
Asam puberulat hanya ditemukan pada sekitar 30 persen lot dari batch yang sama sehingga lebih besar kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar pabrik. (net)