PITI merupakan akronim dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
BACA JUGA:Menyelusuri Keindahan Malam di Kota Kecil Semarang
BACA JUGA:Dukung Pengembangan Usaha Ekonomi Kreatif di Pagaralam
Bangunan tersebut berada di tepi jalan raya Purbalingga-Bobotsari, atau di samping tempat istirahat (rest area) wilayah Bobotsari.
Bagi masyarakat atau wisatawan yang belum tahu, tak sedikit yang mengira itu bukanlah bangunan masjid.
Sebab, bangunan mirip kelenteng, yaitu bangunan untuk tempat memuja (berdoa, bersembahyang) dan melakukan upacara keagamaan bagi penganut Konghucu.
Menurut Ketua Takmir Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo, Mochamad Nur Faizin, warga yang jarang melintasi jalan tersebut dan mampir, kerap tidak tahu jika bangunan tersebut adalah masjid.
BACA JUGA:Tradisi Bangunkan Sahur yang Masih Ada Hingga Saat Ini
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Situs Warisan Dunia Khiva di Uzbekistan
Warna pada bangunan masjid tersebut juga didominasi merah, warna dominan yang kerap ditemui di bangunan kelenteng.
Tapi juga dapat digunakan sebagai lambang toleransi antar umat beragama di Kabupaten Pasuruan dengan keberadaan dari masjid ini.
Laksamana Cheng Hoo sendiri merupakan seorang pelaut dan penjelajah muslim asal Cina yang namanya sangat terkenal.
Dia telah melakukan sebuah ekspedisi, hingga akhirnya mencapai kawasan Nusantara dan Taiwan pada 1405 hingga 1433 silam.
BACA JUGA:Tiada Tara! Ini 7 Tempat Wisata Kuno di Uzbekistan
BACA JUGA:Pj Wako Terima Audiensi Kepala Biro Organisasi Sumsel
Masjid Muhammad Cheng Hoo sendiri berdiri di atas lahan seluas 6 hektar dan memiliki luas bangunan sekitar 550 meter persegi.