Di sana juga ditemukan benteng tembok yang di dalamnya terdapat bangunan gudang, bangsal pertemuan dan pemandian umum.
Besar kemungkinan tempat tersebut merupakan pusat pemerintahan.
Pada bangunan gudang berfungsi sebagai penyimpanan hasil panen.
BACA JUGA:Bikin Kaget Timnas Inggris, Memanggil Gelandang Muda Man United Kobbie Maino
BACA JUGA:Pesanggrahan Rejowinangun! Begini Sejarah Situs warungboto
Pemandian umum penggunaannya dimungkinkan untuk mandi pejabat-pejabat.
Sementara bangsal pertemuan fungsinya jelas untuk pertemuan para penguasa dan aparat pemerintahan guna merencanakan dan mengatur jalannya pemerintahan.
Kepercayaan masyarakat di lembah Sungai Indus memuja dewa-dewa (polyhteisme).
Pemujaan-pemujaan tersebut disertai juga dengan kegiatan ritual atau upacara keagamaan.
BACA JUGA:Manchester United Memilih Incar Titisannya, Transfer Mbappe Tidak Bijak
BACA JUGA:Peradaban Tertua di Dunia! Ini 6 Fakta Situs Megalitikum Gunung Padang.
Pemujaan tersebuat sebagai tanda tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian.
Jenis pemujaan kepada dewa dikelompokan menjadi tiga macam, yakni: Pemujaan terhadap dewa-dewa Dewa yang menempati urutan pertama adalah Dewi Ibu atau Dewi Alam (Mother God dess atau Nature Goddess).
Di setiap desa, Dewi alam dianggap sebagai pelindung dan dikenal dengan berbagai nama misalnya Mata, Amba, Amma, Kali dan Karali.
Pemujaan terhadap hewan Pemujaan terhadap hewan adalah hewan-hewan cerita, hewan penjaga kota dan hewan biasa. Pemujaan terhadap pohon Pemujaan terhadap pohon merupakan pemujaan pohon yang dianggap keramat, seperti pohon pipal (beringin).
BACA JUGA:Jelang Laga Timnas Indonesia Vs Vietnam, Tekad Kuat Shin Tae-yong dan Sandy Walsh