Tjokroaminoto merupakan putra dari keluarga bangsawan Jawa di Ponorogo dan memiliki latar belakang keislaman yang kuat.
Sejak kecil ia sudah merasakan keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat pribumi pada masa itu.
Terutama bagi kaum-kaum buruh dan rakyat pribumi lainnya yang merasa tersiksa karena perlakuan kolonial Belanda yang selalu merendahkan dan semena-mena.
BACA JUGA:Film Matt & Mou, Kisah Persahabatan yang Berkembang Jadi Cinta
Ternyata keprihatinannya tersebut membuat hati kecilnya selalu merasa resah bahkan hingga ia telah dewasa.
Hal ini lah yang membuat ia memutuskan untuk hijrah mengikuti kata hatinya dan meninggalkan segala bentuk kebangsawanannya.
Setelah beberapa bulan berada di Semarang, ia memutuskan untuk pindah ke Surabaya bersama istri dan anaknya untuk lebih melihat bagaimana realita sosial rakyat kecil pada masa itu.
Ia sering menyuarakan aspirasi melawan kolonial Belanda dan melindungi rakyat pribumi yang tertindas melalui tulisannya di surat kabar serta menggelar orasi massa.
BACA JUGA:Film Horror Ghost-Danur, I Can See Them
Ini membuat Tjokroaminoto menjadi orang yang disegani dan selalu diandalkan untuk berbagai permasalahan sosial oleh masyarakat di sana maupun perkumpulan organisasi.
Karena jiwa kepimpinan Tjokroaminoto yang telah diakui banyak orang membuat Haji Samanhoedi dari Sarekat Dagang Islam (SDI) di Surakarta mengirim utusannya pada Tjokroaminoto untuk memintanya memimpin organisasi tersebut yang sedang dibekukan oleh Belanda.
Dari situlah perjuangannya untuk melawan rezim kolonial Hindia Belanda dimulai. Pada 1912 ia mendirikan Sarekat Islam (SI) yang sebelumnya merupakan Sarekat Dagang Islam (SDI).
Seiring Berjalannya waktu, Tjokroaminoto berhasil membuat Sarekat Islam menjadi organisasi resmi bumiputera pertama yang terbesar di Indonesia dengan 2 juta anggota.
BACA JUGA:Film Hangout, Menguak Dalang Dibalik Pembunuhan Berantai Raditya dan Kawan-Kawan
Tujuan dari organisasi ini adalah berusaha untuk menyamakan hak dan martabat masyarakat bumiputera yang terjajah di kala itu.
Dengan kesuksesan tersebut tentunya itu tidak menjamin kelancaran dari sebuah organisasi.