Mereka mengenyam pendidikan di sebuah sekolah, dengan seorang guru cantik dan baik hati bernama Sheila.
Bu Sheila tidak hanya sekedar guru yang memberikan ilmu bagi murid-muridnya. Ia memiliki peranan lebih dalam memahami impian Bunga, Arian, serta Kejora.
Sayangnya, impian mulia itu harus menemui tantangan keras, bahkan dari keluarga mereka sendiri.
Arian yang merupakan anak dari seorang seniman kuriding, justru tak mendapatkan restu mengikuti jejak sang ayah.
BACA JUGA:Bursa Transfer Musim Panas 2024, Barcelona Siap Mengurung Dua Pemain Berharga
Sementara Kejora yang bercita-cita menjadi seorang dokter, tampaknya harus menelan kenyataan pahit untuk tidak menggapainya.
Hal itu lantaran rasa trauma sang ayah terhadap seorang dokter di sebuah puskesmas. Ketika tidak mampu menyelamatkan nyawa istrinya pasca melahirkan.
Ayah Kejora merasa profesi dokter bukanlah penolong, melainkan perenggut nyawa wanita yang ia cintai.
Begitu pun dengan Bunga yang tak pernah berani mengembangkan bakat tarinya.
BACA JUGA:Turnamen Piala Asia 2023 yang Digelar di Qatar Tinggal Menyisakan Partai Final
Terlebih di depan orang tuanya yang serba berkecukupan. Gangguan down syndrome membuat orang tua Bunga meredupkan cita-citanya menjadi penari.
Sinopsis Jendela Seribu Sungai membawa pesan yang mengharukan. Tanpa menghilangkan sisi hiburan yang cukup unik.
Bahkan di sejumlah momen, film ini turut menonjolkan kultur dan sudut-sudut ikonik Kota Banjarmasin.
Mengadaptasi Novel Best Seller
BACA JUGA:Turnamen internasional yang Dipentaskan di dua Benua yakni Asia dan Afrika Masih Berlangsung
Pada dasarnya, kisah Jendela Seribu Sungai berasal dari novel terlaris karya 2 penulis berbakat.