Tapi kenyamanan yang terlalu sempurna kadang membuat kita lupa bagaimana rasanya berjuang dan gagal.
Di dunia nyata kita belajar dari kegagalan dan berkembang dari luka yang pernah ada.
Dunia nyata mungkin tidak selalu indah tapi justru di situlah letak kejujurannya,bayangkan saat kita tertawa bersama teman di warung kopi atau saat kita menangis diam diam setelah ditolak pekerjaan.
Itu semua tidak bisa digantikan dengan simulasi emosi dalam dunia virtual yang serba buatan.
BACA JUGA:Tak Perlu Lagi Ribet, Koneksi Tanpa Kabel Membawa Rasa Lega
Emosi di dunia nyata hadir dari interaksi yang tidak bisa ditebak dan itu membuat hidup jadi lebih berwarna.
Virtual bisa meniru tapi tidak bisa menggantikan rasa,meski begitu kita tidak bisa menutup mata bahwa realita virtual memiliki peran penting dalam banyak aspek kehidupan modern.
Dari pelatihan medis hingga hiburan edukatif teknologi ini membuka peluang yang luar biasa.
Bahkan banyak orang menemukan kebahagiaan baru di dunia virtual yang tidak mereka temukan di dunia nyata.
BACA JUGA:Cobain Kerennya AI yang Bisa Bikin Puisi Romantis Seindah Karya Manusia
Dunia virtual bukan pelarian tapi bisa jadi ruang aman untuk banyak orang,namun pertanyaan kembali muncul apakah itu berarti dunia nyata tidak lagi relevan atau terlalu membosankan.
Justru sebaliknya dunia nyata adalah panggung utama dan dunia virtual hanyalah panggung alternatif.
Kita bisa menikmati keduanya selama tahu kapan harus kembali ke kenyataan,karena pada akhirnya kehidupan yang sesungguhnya tetap terjadi di sini bukan di sana.
Serunya dunia virtual terletak pada kemampuannya membawa kita ke luar batas tanpa risiko.
BACA JUGA:Tanaman Selalu Sehat Berkat Robot Pintar yang Rajin Merawatnya
Sementara dunia nyata seru karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok.