Bayangkan seorang pengunjung yang sedang melihat fosil dinosaurus lalu robot menjelaskan bagaimana makhluk itu hidup jutaan tahun lalu sambil menampilkan simulasi di layar.
Beberapa museum di dunia sudah mulai mengadopsi robot pemandu dengan hasil yang cukup positif.
Di Jepang misalnya robot humanoid digunakan untuk menjelaskan karya seni kepada pengunjung dengan gaya percakapan yang ramah.
Di Eropa ada museum yang memanfaatkan robot berwujud kecil namun lincah untuk memandu anak anak berkeliling sambil bermain edukatif.
BACA JUGA:Teknologi AI Bawa Musik ke Level Baru yang Tak Pernah Terbayang
Sementara di Indonesia meskipun masih jarang kehadiran robot pemandu mulai diuji coba di museum tertentu sebagai bagian dari inovasi pelayanan.
Hal ini menunjukkan bahwa teknologi dapat membuat museum lebih relevan bagi generasi digital.
Namun tentu saja penggunaan robot pemandu wisata bukan tanpa tantangan.
Salah satunya adalah biaya pengadaan dan perawatan yang relatif mahal sehingga tidak semua museum bisa langsung menerapkannya.
BACA JUGA:Siapkan Generasi Muda Menyongsong Era Teknologi
Selain itu interaksi robot masih terbatas pada sistem yang sudah diprogram sehingga tidak sepenuhnya bisa menggantikan peran manusia dalam menjawab pertanyaan yang kompleks atau bersifat emosional.
Oleh karena itu peran pemandu manusia tetap dibutuhkan terutama untuk memberikan pengalaman yang lebih hangat dan personal kepada pengunjung.
Meski begitu robot pemandu tetap membawa banyak keuntungan bagi dunia wisata edukasi.
Anak anak yang biasanya cepat bosan bisa lebih tertarik ketika mendapat penjelasan dari robot yang interaktif.
BACA JUGA:Gak Nyangka, Teknologi Ini Ternyata Udah Siap Mengubah Cara Kita Hidup!
Generasi muda juga lebih antusias mengunjungi museum karena merasa mendapatkan pengalaman unik yang jarang ada di tempat lain.