Bukan hanya individu yang terpengaruh, algoritma juga mampu memengaruhi opini publik, menyebarkan polarisasi, dan menciptakan ilusi kebenaran berdasarkan popularitas.
Ketika satu narasi disukai banyak orang, algoritma akan menyebarkannya lebih luas tanpa mempertimbangkan validitasnya.
Ini menyebabkan informasi palsu lebih mudah viral dibanding fakta yang memerlukan verifikasi.
Pada akhirnya, kebenaran bukan lagi soal bukti, tetapi soal seberapa sering ia muncul di linimasa Anda.
BACA JUGA:Hati-hati, Foto yang Kamu Unggah di Medsos Bisa Jadi Bumerang! Kok Bisa? Simak Penjelasannya!
Media sosial yang awalnya diciptakan untuk menghubungkan manusia kini menjadi alat untuk mengatur pikiran dan perilaku mereka secara masif. Dampaknya tidak hanya pada waktu yang terbuang, tetapi juga pada kesehatan mental yang terus tergerus oleh tekanan tak terlihat.
Perasaan tidak cukup, kecemasan, hingga depresi sering kali bersumber dari paparan konten yang tidak seimbang.
Ironisnya, semua itu terjadi saat kita merasa sedang bersenang senang dan terkoneksi.
BACA JUGA:Rahasia Tersembunyi AI yang Siap Mengubah Cara Anda Bekerja Selamanya!
Kesadaran adalah langkah pertama untuk lepas dari jerat algoritma, mengenali bahwa tidak semua yang kita lihat adalah hasil pilihan kita sendiri adalah awal dari kebebasan digital.
Mulailah membatasi waktu bermain media sosial dan lebih selektif dalam berinteraksi dengan konten.
Beranikan diri untuk berhenti sejenak, bertanya mengapa Anda merasa seperti itu setelah membuka aplikasi tertentu.
Anda bukan mesin, dan emosi Anda tidak seharusnya ditentukan oleh kode yang dibuat tanpa empati.